Senin 19 Nov 2012 05:40 WIB

Serangan Israel Lukai 6 Wartawan

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Fernan Rahadi
Seorang pria Palestina berjalan di antara puing-puing  kantor Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza City, Sabtu, (17/11).   (AP/Hatem Moussa)
Seorang pria Palestina berjalan di antara puing-puing kantor Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza City, Sabtu, (17/11). (AP/Hatem Moussa)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA  --  Israel gemar melakukan serangan fajar ke Jalur Gaza. Setelah 200 serangan udara pada hari Sabtu (17/11) fajar meluluhlantakkan kantor Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyeh, serangan fajar keesokan harinya, Ahad (18/11) menargetkan bangunan media Arab lokal.

Beberapa wartawan dari Al-Qudz TV terluka. "Sedikitnya enam wartawan terluka, dengan luka ringan hingga berat, ketika pesawat tempur Israel menghantam kantor TV Al-Qudz di gedung Showa dan Housari di sekitar Rimal Kota Gaza," ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qudra seperti dikutip Aljazirah.

Stasiun televisi tersebut dinilai Israel sebagai pusat komunikasi gerakan Hamas di Gaza. Juru Bicara Militer Israel mengatakan, transmisi antena media tersebut ditargetkan karena digunakan Hamas untuk melakukan kegiatan teror.

Tak hanya itu, kamp pengungsian pun menjadi sasaran para militer Israel. Dua serangan Israel menggempur bangunan di Kamp Jebalya. Satu anak tewas dan 12 orang luka-luka akibat insiden tersebut.

Wakil Perdana Menteri Israel, Moshe Yaalon mengatakan, pihaknya telah melancarkan lebih dari seribu serangan ke Gaza. Serangan tersebut, menurutnya, harus diperhitungkan Hamas.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan Israel akan terus memperluas serangan ke Gaza. Dia tak menyebut spesifik serangan tersebut, namun menurutnya Israel menuntut harga mahal atas serangan roket Hamas.

"Kami menuntut harga yang mahal dari Hamas dan organisasi teroris, badan pertahanan Israel telah dipersiapkan untuk operasi ekspansi yang lebih intensif," ujarnya Ahad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement