REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Agresi militer Israel ke jalur gaza menuai protes di kalangan masyarakat. Beragam cara dilakukan untuk mengekpresikan protes terhadap serangan rezim Tel Aviv, salah satunya lewat hacking situs pemerintah Israel.
Al-arabiya, Senin (19/11) melaporkan lebih dari 44 juta upaya hacking telah dilakukan pada situs web pemerintah Israel sejak Rabu (14/11) lalu.
Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz membenarkan adanya upaya hacking tersebut. Ia mengatakan hanya satu upaya hacking yang berhasil. Namun dia enggan menyebut nama situs tersebut.
"Biasanya, ada beratus-ratus upaya hacking per hari pada situs Israel. Divisi komputer kementerian akan terus memblokir jutaan cyber-attack. Kami sedang menikmati buah dari investasi dalam pengembangan sistem pertahanan komputerisasi,'' kata Steinitz.
Steinitz juga telah menginstruksikan pelayanan operasi dalam mode darurat guna melawan upaya pelemahan situs pemerintah. Situs lainnya yang ditargetkan diserang adalah situs departemen pertahanan, perdana menteri, presiden dan kementerian luar negeri.
Seorang juru bicara kementerian mengatakan serangan umumnya datang dari seluruh dunia (sebagian besar dari Israel dan wilayah Palestina).
Kedua belah pihak yang tengah bersitegang dalam konflik Gaza memang merangkul media sosial sebagai salah satu alat perang. Hal ini dilakukan terutama pihak Israel.
Angkatan Pertahanan Israel terus menujukkan keberadaannya di dunia maya saat militan Palestina aktif menyambangi Twitter. Sementara itu, pada bulan lalu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta menyatakan dunia maya merupakan medan perang masa depan.
Para penyerang dapat menyerang bank dan sistem keuangan lainnya. Bank-bank AS pernah mendapat serangan berkelanjutan oleh hacker Iran. Serangan itu diduga dilakukan sebagai protes atas sanksi ekonomi terkait program nuklir Iran.