REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (GemaSaba) Marwan Ja'far mengecam keras agresi militer Israel ke Jalur Gaza. Menurutnya, tindakan radikal dan ekstrim merupakan warisan jahiliyah yang perlu segera ditinggalkan.
"Atas dasar itu, saya mendorong upaya dialog dan pembicaraan damai antara Israel dengan Palestina yang mandek sejak 2010 lalu demi terwujudnya harmonisasi kawasan dan hidup berdampingan yang rukun sebagai sesama bangsa," ujarnya pada Republika, Senin (19/11).
Marwan juga mendesak pemerintah Indonesia untuk ikut berperan aktif mengakhiri genjatan senjata di Jalur Gaza lewat jalur diplomasi khusus maupun melalui lobi dan pernyataan sikap dalam forum-forum resmi kenegaraan. Sebab hal itu sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Untuk itu menurutnya, Israel tidak memiliki hak untuk menyerang dan menjajah Palestina, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan serta melanggar hukum internasional.
"Bahkan bila perlu, Dewan Keamanan PBB memberikan hukuman atas serangan Israel ke Jalur Gaza. Saya juga meminta negara-negara Barat tidak terus memprovokasi atau mendukung Israel yang akan melanjutkan penyerangannya ke Jalur Gaza,"jelas Marwan.
Ketua fraksi PKB ini meminta badan-badan kemanusiaan dunia dan negara-negara lain untuk segera mengirim bantuan darurat. Dia juga mengharapkan negara-negara di kawasan Timur Tengah memberi tekanan terhadap Israel agar mau mengakhiri serangan militernya demi terselamatkannya nilai-nilai universal dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM) di tanah Palestina.
"Kami mengingatkan dengan keras dan mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia,dan bangsa-bangsa di dunia, bahwa Israel tidak boleh membabi buta menyerang warga sipil, terutama anak-anak dan kaum wanita dari segala bentuk serangan militer, sesuai hukum internasional yang berlaku. Save Gaza, save Palestine," kata anggota Komisi V tersebut.