REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Roket Hamas yang menghantam Tel Aviv mungkin belum memberikan dampak signifikan dari segi kerusakan. Akan tetapi, secara psikologis, fakta itu jelas menandakan kemampuan persenjataan Hamas maju pesat.
Diluar itu, kegigihan Hamas mulai menuai simpati. Kunjungan Menteri Luar Negeri Mesir dan Tunisia menandakan dukungan dunia Arab mulai mengalir.
"Hari ini kita angkat topi untuk Hamas," ungkap Talal Okal, analis politik Gaza, seperti dikutip alarabiya.net, Senin (19/11).
Okal mengungkap gerakan Hamas mulai terorganisir. Mereka tahu apa konsekuensinya dan siap membayar mahal untuk itu.
"Israel tidak lagi mampu memprediksi apa yang dilakukan pemimpin dunia Arab apabila serangan darat memang dilakukan. Yang pasti, presiden Mesir akan memberikan tekanan. Demikian pula dengan Ikhwanul Muslimin dan partai-partai Islam lainnya," kata Okal.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mulai mengekspresikan kepeduliannya dengan memastikan akan melakukan usaha terbaik guna mengakhiri aksi militer Israel.
Juru bicara organisasi sayap Hamas, Izz El-Deen Al-Qassam, Abu Ubaida mengatakan pihaknya telah mampu menghadapi serangan selama 22 hari di masa lalu. Karena itu, pihaknya akan lebih siap menghadapi serangan yang lebih panjang lagi.
"Serangan ini tidak akan menjadi yang terakhir melawan Israel," kata dia.
Juru bicara Hamas, Abu Zuhri memuji kegigihan organisasi sayap Hamas yang mampu mengejutkan musuh.