REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia diminta lebih aktif membantu warga Palestina di kawasan konflik Gaza, demikian Ketua Dewan Pembina Presidium "Medical Emergency Rescue Committe" (MER-C) Joserizal Jurnalis usai konferensi pers di Jakarta, Senin (19/11).
"Indonesia adalah negara yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam. Jadi saya meminta pemerintah untuk lebih keras dan agresif lagi untuk membela warga Palestina di Gaza," kata Joserizal Jurnalis.
Ia mengatakan pemerintah Indonesia dapat membantu Gaza dalam berbagai bentuk, seperti memberikan bantuan kemanusiaan dan membela kepentingan Gaza di forum internasional.
"Perbatasan antara Gaza dengan Mesir di Rafah, sudah relatif longgar sehingga bantuan relawan, makanan atau pun obat-obatan dari luar Gaza, relatif lebih lancar," ujar dia.
Satu hal yang penting, kata dia, Indonesia sebaiknya mengirimkan pejabatnya untuk melakukan kunjungan ke Jalur Gaza sebagai bentuk dukungan.
Menurut dia, ketegangan antara Palestina dengan Israel sekarang berbeda dibanding peristiwa pada 2009.
Dulu, hampir tidak ada pemimpin atau pejabat negara yang turun tangan, sedangkan sekarang mulai terlihat, misalnya Perdana Menteri Hisham Kandil serta Menteri Luar Negeri Tunisia, Rafik Abdesslem yang mengunjungi Gaza untuk menunjukkan dukungan kepada rakyat Palestina.
Sebelumnya, dua orang Palestina meninggal, Ahad malam dalam serangan udara Israel terhadap bagian selatan Jalur Gaza.
"Satu pesawat tanpa awak milik Israel menembakkan roket ke permukiman Tal Al-Hawa di bagian selatan Kota Gaza, sehingga menewaskan dua gerilyawan Palestina," kata beberapa saksi mata sebagaimana dilaporkan Xinhua-OANA yang dipantau di Jakarta, Senin (19/11).
Menurut beberapa sumber, sebanyak 72 orang Palestina, termasuk 20 anak kecil, delapan perempuan dan sembilan orang lanjut usia tewas dan lebih dari 600 orang lagi cedera sejak dilancarkannya "Operasi Pilar Pertahanan" pada Rabu.