REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH – Sengketa Laut Cina Selatan mendominasi suasana KTT ASEAN ke-21 hari kedua, Senin (19/11). Filipina mengangkat isu ini kendati tuan rumah Kamboja mencoba memagarinya.
Presiden Filipina Benigno Aquino III mengingatkan Cina untuk tidak menggunakan tekanan ekonomi dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Ia juga menolak upaya Kamboja yang hendak menjadikan isu tersebut sebagai masalah nasional masing-masing negara.
Filipina terlibat sengketa dengan Cina dalam penguasaan kawasan di Laut Filipina Barat. Sengketa serupa yang melibatkan Cina menimpa Brunei, Vietnam, dan Malaysia. Dalam perjalanannya sepanjang 45 tahun, ASEAN untuk pertama kalinya gagal mencapai konsensus saat membahas isu tersebut pada Juli 2012.
"Penyelesaian sengketa kawasan ini harus berdasarkan hukum, bukan tekanan ekonomi," kata Aquino dalam pertemuan ASEAN-Jepang seperti dilaporkan wartawan Republika, Arys Hilman, dari Phnom Penh, Senin (19/11).
Filipina juga menyerukan agar pembahasan sengketa tetap berada di level global. Sementara, Cina menolak hal itu karena mencemaskan langkah Filipina untuk menggunakan pengaruh Amerika Serikat (AS). Kamboja selaku ketua ASEAN saat ini dianggap lebih mewakili Cina dalam isu tersebut.