REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (19/11), menggambarkan Israel sebagai negara teroris dalam melancarkan pembomannya ke Jalur Gaza, sehingga mempertegas permusuhan kepada bekas sekutu Ankara sejak hubungan antara keduanya berantakan pada 2010.
Komentarnya dikeluarkan setelah hampir satu pekan serangan roket Palestina ke Israel dan serangan udara Israel ke Jalur Gaza. Satu rudal Israel menewaskan sedikitnya 11 warga sipil Palestina, termasuk empat anak kecil di Jalur Gaza pada Ahad (18/11).
"Mereka yang mengaitkan Islam dengan terorisme menutup mata mereka dalam menghadapi pembunuhan massal umat Muslim, memalingkan kepala mereka dari pembantaian anak-anak di Jalur Gaza," kata Erdogan dalam konferensi Dewan Islam Eropa-Asia di Istanbul, Turki.
"Untuk alasan ini, saya mengatakan bahwa Israel adalah negara teroris, dan tindakannya adalah tindakan teroris," kata Erdogan sebagaimana dikutip Reuters -- yang dipantau di Jakarta, Senin (19/11 malam.
Hubungan antara Israel dan Turki, yang pernah menjadi satu-satunya sekutu Muslim bagi Israel, hancur setelah marinir Israel menyerbu kapal bantuan pada 2010 untuk memberlakukan blokade laut atas Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS.
Sembilan warganegara Turki tewas dalam bentrokan personel komando Israel dengan pegiat di kapal tersebut.
Ankara mengusir duta besar Israel dan membekukan kerja sama militer setelah satu laporan PBB mengenai peritiwa itu dikeluarkan pada September tahun lalu. Sebagian besar isi laporan tersebut membebaskan negara Yahudi.
Awal November, Turki menggelar pengadilan tanpa kehadiran terdakwa atas empat mantan komandan militer Israel berkaitan dengan serbuan 2010.
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu dijadwalkan berkunjung ke Jalur Gaza pada Selasa (20/11), bersama sekelompok menteri asing dari Liga Arab.