Selasa 20 Nov 2012 11:45 WIB

Antisipasi Bila Terbunuh, Tentara Israel Minta Sperma Dibekukan

Tentara Israel siaga di perbatasan selatan Jalur Gaza
Foto: HAREETZ
Tentara Israel siaga di perbatasan selatan Jalur Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV--Sejak awal serangan Israel terhadap Gaza, puluhan tentara telah mendatangi bank sperma untuk menyimpan sperma mereka sehingga masih bisa digunakan bila mereka terbunuh dalam peperangan. Tren ini dilaporkan oleh salah satu organisasi hak keluarga di Israel, New Familiy Organization (NFO).

NFO menawarkan proses legal 'wasiat biologis", yang terdiri dari dokumen sah mengizinkan sperma pria atau telur wanita digunakan setelah kematian mereka, Hareetz melaporkan pada Selasa (20/11).

Organisasi tersebut didatangi oleh puluhan orang, baik yang telah menikah maupun yang masih lajang, demikian jaksa Irit Rosenblum, pimpinan eksektif dan pendiria NFO.

Biasanya NFO menerima dua hingga lima permintaan dalam sepekan. Namun sejak awal Operasi Pertahanan Pillar, sekitar 30 orang telah meminta dibuatkan surat wasiat biologis. Situasi ini, ungkap Rosenblum, selalu terjadi ketika tentara mulai dimobilisasi ke garis depan.

"Kali ini kami didatangi terutama oleh para tentara yang telah menikah yang sebagian besar belum memiliki anak. Mereka ingin tahu mengenai mengawetkan sperma mereka jika sewaktu-waktu terbunuh di peperangan. Ada pula permintaan dari para istri dan para lajang," ujarnya.

"Mereka yang menikah ingin tahu terutama mengenai aspek teknis, apakah mereka harus membekukan sperma mereka. Sementara yang lajang bertanya seperti bagaimana mereka bisa tahu siapa calon ibu mereka kelak dan siapa yang akan membesarkan anak-anak itu nanti. Banyak orang berpikir orang tua para penyimpan sperma/telur atau kakek dan nenek si anak yang bertanggung jawab membesarkan anak mereka. "Tapi mereka salah, ibu biologislah yang akan membesarkan dan merawat anak itu nantinya."

Sejauh ini sekitar 600 orang telah meneken wasiat biologis yang didraf oleh Rosenblum pada 2001. Beberapa orang memilih prosedur pengambilan sperma atau ovarium setelah kematian mereka. Prosedur ini bisa dilakukan maksimal hingga 72 jam setelah kematian. Dalam beberapa kasus mereka ingin sperma atau ovarium ditempatkan di bank khusus sperma.

Opsi terakhir biasanya diambil oleh pasien yang akan mengambil perawatan yang bisa menghancurkan ata melemahkan sperma atau ovarium

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement