REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Bentrokan antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza bukan cerita baru. Konflik antara Negeri Zionis dengan Hamas yang berpengaruh dalam percaturan geopolitik Palestina, mewarnai kisah bentrokan Palestina-Israel.
Stratfor melaporkan Hamas dan Israel menyadari iklim geopolitik sudah sangat berubah. Pergeseran paling penting telah terjadi di Mesir, di mana Ikhwanul Muslimin dengan hati-hati menggunakan momentum Muslim Arab mengambil kendali politik negara.
Hamas, yang lahir dari rahim Ikhwanul Muslimin, kemudian menghadapi sebuah keputusan penting. Pemerintah Mesir tidak lagi berambisi merintangi ambisi politik Hamas. Hamas bahkan bisa memanfaatkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin Mesir untuk mencapai legitimasi politik.
Ketika kerusuhan menyebar ke Suriah dan mulai mengancam posisi Iran di Levant, Hamas membuat keputusan strategis untuk pindah dari sumbu Iran-Suriah. Sekarang, tren regional baru adalah bangkitnya Ikhwanul Muslimin dan afiliasinya Islam di seluruh dunia Arab.
Bangkitnya Ikhwanul Muslimin menyebar dari Mesir hingga Suriah dan Yordania. Hal ini merupakan tantangan baru Israel di perbatasannya. Kondisi Mesir yang sempat kacau dan hubungan kurang harmonis antara Ikhwanul Muslimin dengan militer dan aparat keamanan, menyebabkan penurunan keamanan di Sinai.
Sebuah mesin politik seperti Ikhwanul Muslimin, yang berasal kekuatannya dari jalan, akan jauh lebih sensitif terhadap sentimen pro-Palestina. Bersambung.
Baca Sebelumnya:
Antara Israel, Gaza dan Hamas (1)
Antara Israel, Gaza dan Hamas (2).