REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel melakukan pembersihan etnik di Gaza dan mengatakan serangan udara negara Yahudi itu tidak bisa dianggap sebagai bela diri.
"Israel melakukan pembersihan etnik karena mengabaikan perdamaian di kawasan itu dan melanggar hukum internasional," kata Erdogan, selasa (20/11). "Israel menduduki wilayah Palestina tahap demi tahap."
Perdana menteri itu mengatakan serangan-serangan udara Israel terhadap Gaza tidak dapat dianggap untuk membela diri, menuduh negara-negara Barat membantu apa yang ia sebut "negara teroris" itu dengan mengizinkan aksi kekerasannya di Timur Tengah itu.
"Cepat atau lambat, Israel akan menerima balasan bagi darah warga yang tidak bersalah akibat serangannya itu," katanya.
Pernyataan Erdogan itu diucapkan setelah Israel menghentikan ancaman melakukan serangan darat untuk memungkinkan peluang perundingan gencatan senjata yang ditengahi Mesir mengakhiri aksi kekerasan lintas perbatsan yang telah menewaskan lebih dari 100 warga Palestina dan tiga warga Israel.
Ia mengatakan Trki, Mesir dan negara-negara Teluk, terutama Qatar dan Arab Saudi, tetap melakukan prakarsa mereka sendiri, menudu Dewan Keamanan PBB tidak melakukan tindakan apapun untuk menyelamatkan warga Gaza. Di Washington, Amerika Serikat -sekutu Israel dan Turki- membingungkan dengan pernyatan-pernyataan kerasnya.
"Sejumlah dari retorika keras datang dari Turki kami menganggapnya tidak berguna sama sekali," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland. "Tentu kami tidak setuju dengan beberapa pernyataan yang datang dari sana. Dan kami telah menegaskan sikap yang jelas kepada Turki," katanya.
Nuland mengatakan bahwa para pejabat Deplu telah "menjelaskan... kepada pemerintah Turki tentang kecemasan kami baHwa retorika seperti ini tidak bermanfaat."
Pada Senin, Erdogan mengatakan PBB "menutup mata" menyangkut serangan-serangan Israel terhadap para warga Palestina, menuduh badan internasional itu memiliki standar ganda terhadap warga Muslim.
Erdogan tampIl sebagai pembela kuat perjuagan Palestina Januari 2009, ketia ia mengecam satu diskusi tim mengenAi blokade Israel atas Jalur Gaza dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Hubungan antara Turki dan Israel kian tegang setelah pasukan komando Israel menyerbu ke satu armada bantuan Turki di Laut Tengah pada Mei 2001, menewaskan sembian aktivis Turki di sebuah kapal yang membawa bantuan untuk warga Palestina di Gaza.