REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Parlemen Iran menghentikan penyelidikan terhadap Presiden Mahmoud Ahmadinejad atas krisis ekonomi dan jatuhnya mata uang yang melanda negara selama pemerintahannya. Penghentian tersebut menyusul permintaan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Khamenei, yang meminta menghentikan interogasi terhadap presiden.
Khamenei, Rabu (21/11) meminta penghentian penyelidikan parlemen atas presiden Iran tersebut. Kantor berita Iran, IRNA mengabarkan Khamenei menyatakan kekhawatirannya atas penyelidikan tersebut.
Menurut Khamenei, interogasi terhadap Ahmadinejad hanya akan menguntungkan para musuh Iran. Khamenei telah berselisih dengan Ahmadinejad selama beberapa bulan terakhir terkait krisis ekonomi Iran.
Parlemen pun kemudian menggelar penyelidikan kasus tersebut atas nama pemimpin tertinggi Iran. Untuk pertama kalinya dalam sejarah presiden Iran, Ahmadinejad dipanggil parlemen untuk dimintai keterangan pada Maret lalu.
Namun Khamaenei kemudian gerah dengan panggilan terhadap Ahmadijad tersebut. Mempertanyakan kinerja presiden, kata Khamenei adalah upaya musuh Iran yang dituding ke negara Barat untuk mengganggu pemerintah Iran. Sehingga penghentian penyidikan Ahmadijad menurut Khamaeni merupakan upaya mendirikan perdamaian dalam negeri.
"Kami meminta parlemen tidak melanjutkan panggilan (terhadap presiden). Negara ini membutuhkan ketenangan. Legislatif juga perlu melaksanakan tugas-tugas mereka. Rakyat juga menyukai perdamaian," tuturnya.
Ketua Parlemen, ALi Larijani menerima permintaan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi Iran. Ia pun setuju dan mengatakan tak akan melanjutkan panggilan terhadap presiden. Penyelidikan terhadap Ahmadijed pun ditutup.
Langkah Khamenei dinilai sebagai upaya membentuk kesatuan di antara pemimpin Iran. Mengingat tekanan internasional terhadap negara sangat keras akibat perkembangan nuklir negara Syiah tersebut.
Krisis ekonomi dan jatuhnya mata uang dinilai sebagai dampak sanksi ekonomi yang dikenakan Barat. AS dan Eropa menjatuhkan banyak sanksi untuk mendesak Iran meninggalkan proyek pengembangan uranium yang dituding untuk membuat senjata nuklir. Namun Iran berkali-kali membantah tuduhan tersebut dan menegaskan proyek nuklir Iran hanya untuk perdamaian.