REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pengaruh Cina di Myanmar terancam oleh kehadiran Amerika Serikat dan negara-negara lain yang sedang mencari kedekatan setelah mendominasi selama beberapa tahun tanpa perlawanan, kata para ahli.
Cina dalam waktu yang lama telah menolong Myanmar melalui perjanjian perdagangan, penjualan senjata, dan melindunginya dari sanksi PBB atas pelanggaran hak asasi manusia melalui hak veto.
Sebagai balasan, pemain ekonomi terbesar Asia itu mendapatkan akses terhadap minyak, gas, dan kekayaan alam lain dari Myanmar.
Namun setelah kelompok militer menyerahkan kekuasaan tahun lalu, Cina kehilangan beberapa pengaruh di negara yang sebelumnya dikenal dengan nama Burma itu.
Perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika Serikat tidak lagi dilarang menjalankan bisnisnya di Myanmar. Mereka menjadi pesaing berat Cina dan India dalam kompetisi mendapatkan bahan mentah serta pasar konsumen.
Kunjungan bersejarah Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Yangon minggu ini adalah indikasi paling jelas dalam perubahan hubungan antara Washington dan Myanmar.
Myanmar sekarang sedang dalam proses keluar dari ketergantungan terhadap Cina yang sudah berlangsung sangat lama, kata ahli Myanmar dari University of Hongkong, Renaud Egreteau.
"Jelas bahwa era monopoli sudah berakhir," kata dia sambil menambahkan bahwa pengaruh Cina akan tetap kuat.