REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perokonomian Iran terus melorot pascasanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Selain menghajar beberapa sektor industri, sanksi itu juga berimbas kepada ekspor minyak, akses ke sistem perbankan global yang terhambat. Sehingga pertumbuhan ekonomi Negeri Para Mullah itu berjalan lambat.
Pendapatan perkapita Iran juga jatuh, akibat terlalu cepatnya inflasi yang berujung akan terus meningkatnya pengangguran.
Pada 4 November lalu, 77 orang anggota parlemen memanggil Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya sebagai pengendali roda perekonomian di Iran.
Ahmadinejad diminta menjelaskan prokrastinasi dan tindakan yang diambil pemerintah dalam mengelola perekonomiannya, terutama pascasanksi internasional.
Tapi Ahmadinejad mendapat pembelaan dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Khamenei bertitah pemanggilan Ahmadinejad tidak perlu dilanjutkan, karena Ahmadinejad bukan penyebab anjloknya perekonomian Iran dan tidak pantas dipersalahkan.
"Saya telah meminta anggota parlemen untuk tidak melanjutkan pemanggilan (presiden)," kata Khamenei seperti dikutip dari Arabnews, Rabu (21/11) kemarin.
Menurut Khamenei, semua masalah yang dihadapi negaranya bukan karena sanksi AS dan Uni Eropa, melainkan karena masalah dari dalam negara itu sendiri.