REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Gencatan senjata antara Israel dengan Palestina di Jalur Gaza, dinilai para analis Turki merugikan Negeri Dua Benua tersebut.
Soalnya, Turki gagal memainkan peran dalam menyelesaikan konflik tersebut. The New York Times melaporkan para analis menilai peran Turki berkurang dalam isu-isu regional.
Mereka mengkritik tindakan Pemeritah Turki yang lambat dalam pemecahan masalah Israel-Palestina. Sikap Perdana Menteri Turki, Reccep Tayyeb Erdogan juga dikritik lantaran ia hanya diam saja saat konflik pecah di Gaza.
Erdogan dinilai lambat bertindak dalam merespon serangan publik. Apalagi beberapa negara dunia ramai-ramai mengutuk Israel.
"Sebagian besar pemimpin di Timur-Tengah Sebagian besar para pemimpin di kawasan ini bergegas mengutuk keras Israel. Namun Perdana Menteri Turki yang biasanya cerewet malah membisu," kata analis Aaron Stein. Ia justru memuji sikap Mesir yang mengirim PM Mesir Hisham Kandil ke Gaza.
Kritikan senada datang dari Profesor Ersin Kalaycioglu. "Mesir bisa berbicara dengan baik dengan Hamas dan Israel. Sementara, Turki hanya mengekor dan mendukung langkah Mesir," ujarnya menyindir seperti dikutip dari Press TV, Kamis (22/11).
Gencatan senjata Israel-Palestina terwujud setelah dimediasi Mesir. Gencatan itu tercapai setelah perang delapan hari antara Israel dengan pejuang Palestina, yang dimulai Rabu (14/11) kemarin.