REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO --- Tekanan internasional mendesak Israel menghentikan serangan udaranya ke Gaza membuka ruang politik baru di kawasan Timur Tengah. Dunia menyoroti peran Mesir dan Turki yang menyediakan waktu dan meja runding antara Hamas dan Israel.
Keduanya punya kedekatan dengan warga Gaza dan menjadi salah satu tumpuan Hamas dalam melawan serangan agresi Israel di tanah Palestina. Perdana Menteri Turki Reccep Tayyip Erdogan meningkatkan dukungan ke faksi perlawanan tersebut dengan menentang pernyataan Amerika Serikat (AS) yang membela serangan udara Israel sebagai pertahanan diri.
Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu sengaja menjadi utusan Turki mengunjungi Gaza, melewati perbatasan Raffah setelah pembicaraan awal gencatan senjata Hamas - Israel, Senin (19/11).
Jet tempur dan rudal kapal perang Isreal dari Laut Gaza masih menjadi benda pencabut nyawa bagi warga Palestina di Gaza. National Turk mengatakan kunjungan Davutoglu bersama Sekjen Liga Arab, Nabil al-Arabi tersebut adalah puncak hubungan terdekat Ankara dan Gaza.
Seperti kunjungan ke kamp-kamp pengungsian Muslim Rohingya di Myanmar beberapa waktu lalu, simpati Davutoglu terhadap korban pembantain zionisme menciptakan drama kunjungan yang langka. Davutoglu memuji peran Mesir dalam upaya gencatan senjata kali ini.
Pemerintahan Ankara mengatakan, gencatan senjata tidak akan tercapai tanpa ada peran Presiden Mesir Muhammad Mursi. Ankara menyanjung kemajuan pemerintahan di Kairo karena mampu mempertahankan perdamaian dan berpijak pada keadilan.
"Keberhasilan ini adalah keberhasilan Mesir yang memberi kontribusi yang signifikan untuk stabilitas kawasan. Turki akan mendukung peran Mesir dalam domain perdamain, terutama bagi kawasan," menlu menyatakan hal tersebut, seperti dilansir media pemerintah Today Zaman, Kamis (22/11).
Kedekatan Turki dengan Hamas tidaklah baru. Pemerintahan sekuler di persimpangan Eropa ini punya konsistensi untuk membebaskan Gaza dari isolasi paksa zionisme. Turki rajin mengirimkan delegasi kemanusian ke wilayah terjajah tersebut.
Apalagi ketika hubungan Ankara - Tel Aviv babak belur pascaserangan Israel di atas kapal misi kemanusian Mavi Marmara di Laut Gaza pada Mei 2010. Erdogan geram lalu mengusir Duta Besar Israel dari Ankara. Israel juga melakukan hal serupa. Benjamin berkali-kali merayu Turki untuk memperbaiki hubungan, tapi Erdogan tidak sudi.