Jumat 23 Nov 2012 00:11 WIB

PBNU: Israel Selalu Langgar Kesepakatan Damai

Ketua PBNU, KH Said Aqil Siradj (kiri).
Foto: Antara/Jessica Wuysang
Ketua PBNU, KH Said Aqil Siradj (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, PATI---Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj mengecam agresi Israel ke Jalur Gaza, karena menimbulkan korban jiwa di kalangan rakyat sipil Palestina dan merusak sejumlah infrastruktur umum.

"Selama ini, Negara Israel selalu melanggar kesepakatan damai," ujarnya di sela-sela menghadiri Peringatan Satu Abad Perguruan Islam Mathali'ul Falah, Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati.

Ia menganggap, sikap Israel yang sering kali melancarkan serangan ke Jalur Gaza, karena merasa mendapat dukungan Amerika.

Bentuk dukungan Amerika tersebut, katanya, bisa dilihat dari aksi Israel setiap melancarkan serangan ke Palestina tidak ada respons dari Negara Amerika. ''Amerika menganggap Israel boleh menyerang karena kelompok Hamas menyerang dulu, padahal kelompok Hamas itu membela diri akibat Israel mencaplok wilayah mereka," katanya.

Menurut dia, Amerika telah menerapkan standar ganda, padahal Amerika selalu meneriakkan demokrasi di semua belahan dunia.

"Faktanya, ketika Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza yang menimbulkan korban jiwa di kalangan rakyat sipil dan merusak sejumlah pemukiman dan fasilitas umum tidak ada pembelaan dari Amerika yang dikenal getol menyuarakan hak asasi manusia dan alam demokrasi," katanya.

Sebaliknya, katanya, sikap berbeda bakal ditunjukkan negara tersebut, ketika ada negara lain yang menyerang Israel. "Amerika dipastikan akan berteriak membela dengan dalih macam-macam," ujarnya.

Bahkan, lanjut Said, Amerika juga memiliki hak veto yang bisa membatalkan semua kesepakatan dalam keanggotaan Dewan Keamanan PBB, meskipun negara lain yang menjadi anggota menyuarakan berbeda dengan Amerika.

Hal tersebut, kata Said, menunjukkan kezaliman politik, karena itu ia juga mengapresiasi keberanian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga mengutuk agresi Israel tersebut.

Menurut dia, negara yang dibangun berdasarkan atas etnik agama tertentu akan mengalami hambatan dalam menciptakan kedamaian dan situasi wilayah yang kondusif.

"Pasalnya, agama lain dipastikan enggan masuk ke wilayah negara tertentu," ujarnya.

Ia mencontohkan, Indonesia yang tidak dibangun atas etnik satu agama, sehingga sejumlah pemeluk agama yang ada bisa hidup dengan damai dan tercipta saling hormat menghormati antar sesama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement