Jumat 23 Nov 2012 10:11 WIB

Israel Ancam Operasi Lebih Keras Jika Gencatan Senjata Dilanggar

Tifosi Juventus membentangkan spanduk mendukung pejuganan rakyat Palestina di Gaza.
Foto: Twitter
Tifosi Juventus membentangkan spanduk mendukung pejuganan rakyat Palestina di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang menteri Israel, Kamis (22/11), mengatakan HAMAS dapat memperkirakan reaksi militer keras jika organisasi itu atau kelompok lain di Jalur Gaza melanjutkan serangan roket ke Israel.

"Kami akan melancarkan tindakan yang jauh lebih keras pada babak berikut, dengan sepengetahuan dunia," kata Menteri Intelijen dan Energi Atom Dan Meridor dalam satu taklima di Jerusalem, kurang dari 24 jam setelah gencatan senjata yang diperantarai Mesir mengakhiri agresi terburuk Israel dalam beberapa tahun.

Media Israel, Kamis, menyatakan enam orang Israel --kebanyakan warga sipil-- tewas, dan 240 orang cedera akibat 1.500 roket. Banyak rumah dan prasarana umum rusak sementara pengeluaran militer diperkirakan berjumlah ratusan juta dolar AS.

Militer menyatakan pesawat tempur dan artileri menyerang 1.600 sasaran gerilyawan, terutama peluncur roket, serta 200 terowongan penyelundupan senjata, 25 instalasi pembuatan dan tempat penyimpanan senjata, pusat kendali dan komando, dan simpanan rudal jarak jauh HAMAS.

Sebanyak 30 gerilyawan, tujuh di antara mereka bertugas di posisi komando senior, tewas dalam operasi militer Israel, yang dilancarkan pada Rabu (14/11) dengan pembunuhan komandan militer HAMAS Ahmed Aj-Jaabari.

"Kami ingin melancarkan pukulan yang membuat mereka berfikir dua kali (untuk menembakkan roket ke dalam wilayah Israel). Sasaran terbatas ini sepenuhnya tercapai, kendati hasilnya masih perlu dilihat," kata Meridor sebagaimana dilaporkan Xinhua, Jumat pagi.

Ia menyatakan simpanan senjata gabungan HAMAS dan Jihad Islam sebanyak 10.000 roket telah berkurang jauh. "Beberapa ribu sudah tak ada lagi, tapi bukan jumlah tapi kualitas: proyektil jarak jauh, Fajr-5, mengalami pukulan parah pada beberapa hari pertama operasi," kata Meridor.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement