Jumat 23 Nov 2012 11:32 WIB

Ketika Dokter Palestina Dapati Anaknya Terbujur Kaku

 Seorang pria Palestina duduk di samping jenazah anaknya yang berusia satu setengah tahun di Kamp Pengungsi Bureij,Gaza, Ahada (18/11). (AP Photo/Adel Hana)
Seorang pria Palestina duduk di samping jenazah anaknya yang berusia satu setengah tahun di Kamp Pengungsi Bureij,Gaza, Ahada (18/11). (AP Photo/Adel Hana)

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Agresi Israel ke Jalur Gaza menyisakan berbagai kisah pilu. Salah satunya kisah yang dialami seorang dokter Palestina, Madji Na'eim. Ia sangat terkejut mendapati putra bungsunya, Abdel Rahman (2 tahun) tak bernyawa di rumah sakit tempatnya bertugas.

Kejadian itu terjadi pada Rabu (21/11). Jet-jet tempur Israel membombardir satu bangunan tempat tinggal di kota tersebut.

Na'eim bersama dokter dan perawat lainnya dengan sigap menolong para korban di ruang gawat darurat.

Di saat itulah, saat ia mati-matian menolong berbagai korban serangan Israel, Na'eim justru tidak bisa berbuat banyak ketika mendapati anaknya yang baru berusia 2 tahun terbujur kaku di salah satu sudut ruangan gawat darurat.

"Saya sangat menyesal, saya tak bisa berbicara mengenai apa pun," ungkap Na'eim lirih saat bersimpuh di samping jenazah sang putra.

Dalam serangan itu, dua putranya yang lebih besar juga cedera. "Na'eim tidak tahu yang meninggal adalah putranya, sampai ia melihatnya," ucap Al-Qedra, orang yang membawa putra-putra Na'eim ke rumah sakit.

Selama delapan hari serangan udara Israel yang disebut sebagai "Pilar Pertahanan", rumah sakit di Gaza terus-menerus menerima korban-korban serangan.

"Selama hari pertempuran, semua dokter berada di sini dan tim medis bekerja sepanjang waktu. Mereka tidak memperoleh cukup tidur, dan mereka tidak bisa bertemua dengan keluarga mereka," kata Hani al-Haytham, seorang dokter, yang bekerja di ruang darurat di Rumah Sakit Shifa.

Selain bekerja ekstra keras dan sepanjang waktu, para dokter serta perawat yang bekerja di rumah sakit itu juga secara psikologis terluka karena keadaan dan pemandagangan yang mereka lihat.

"Mereka menerima mayat yang terbakar, atau orang dibawa ke rumah sakit dalam potongan daging," kata Dr. al-Haytham. "Pemerintah Israel mesti mesti dituntut di pengadilan internasional karena melanggar hukum internasional setelah mereka secara langsung membidik warga sipil," lanjutnya.

Anak lelaki Majdi Na'eim meninggal hanya enam jam sebelum gencatan senjata diberlakukan.

sumber : Antara/Xinhua-Oana
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement