Jumat 23 Nov 2012 22:02 WIB

Iran Temui Presiden Suriah, Rusia Wanti-wanti Turki

Rusia dan Cina menjadi pendukung bagi pemerintahan Bashar al Assad, Suriah. (ilustrasi)
Rusia dan Cina menjadi pendukung bagi pemerintahan Bashar al Assad, Suriah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Ketua parlemen Iran Ali Larijani bertemu dengan Presiden Bashar al-Assad di Damaskus, Jumat (23/11)untuk membahas penyelesaian kemelut di negara sekutu pentingnya itu.

Pertemuan itu dilakukan ketika Moskow memperingatkan Turki tidak mengirim peluru kendali Patriot ke perbatasanya dengan Suriah setelah Ankara mengajukan permintaan kepada NATO bagi senjata itu.

Di lapangan, kekerasan meletus di tempat rawan di seluruh negara itu, sementara ketegangan meluas di daerah timurlaut, tempat milisi Kurdi terlibat dalam bentrok dengan petempur pemberontak.

Larijani sebelum meninggalkan Teheran mengatakan ia berusaha mencari satu solusi masalah Suriah dalam lawatan regional, di mana ia juga akan mengunjungi Lebanon dan Turki, kata kantor berita Iran Mehr.

Di Damaskus, Larijani menuduh negara-negara kawasan itu yang ia tidak sebut namanya menimbulkan "masalah-masalah" di Suriah, dalam satu sindiran pada para pendukung penting yang mempersenjatai pemberontak yang berusaha menggulingkan pemerintah Bashar-- Qatar dan Arab Saudi.

"Suriah memainkan satu peran penting dalam mendukung perlawanan terhadap Israel dan Amerika Serikat tetapi sejumlah negara di kawasan itu ingin melakukan aksi-aksi dengan konsekuensi yang negatif, untuk menimbulkan masalah-masalah di Suriah," katanya kepada wartawan. "Tetapi Iran menghargai peran penting Suriah dalam mendukung perlawanan itu," tambahnya.

Iran memperingatkan pemerintah-pemrintah Barat Ahad agar tidak mempersenjatai pemberontak setelah Prancis mengatakan pihaknya akan melakukan konsultasi dengan mitra-mitra Eropanya mengenai pencabutan embargo untuk meratakan jalan bagi perngiriman senjata "pertahanan". 

Sekutu Damaskus, Moskow memperingatkan Turki, satu pendukung pemberontakan Suriah dan anggota NATO ttidak melaksanakan rencananya untuk menggelarkan rudal-rudal Patriot darat ke permukakan di perbataan dengan Suriah.

"Saya memahami bahwa tidak satu pihakpun ingin melihat NATO terlibat dalam krisis Suriah," kata Menlu Rusia Sergei Lavrov kepada wartawan.Tetapi semakin banyak senjata dikirim maka semakin semakin besar risiko peralatan militer itu akan digunakan."

Pemerintah Bashar berulang-ulang mmperingatkan bahwa konflik di negara itu, kini memasuki bulan ke-21-nya, mungkin meluas pada konflik regional.

Sekjen NATO Fogh Rasmussen pekan ini mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan permintaan Turki bagi rudal-rudal Patriot "tanpa ditunda." Persetujan itu diharapkan akan tecapai dalam beberapa hari ke depan, kata sumber-sumber diplomatik.

Aksi kekerasan di Suriah Kamis menewaskan setidak-tidaknya 138 orang termasuk diantaranya 40 pemberontak, 45 tentara, 44 warga sipil dan sembilan petempur Kurdi, kata kelompok Observatrium Hak Asasi Manusia Suriah.

Di antara mereka yang tewas itu adalah Basel Tawfiq Yousef, wartawan stasiun televisi pemerintah yang ditembak mati di permukimannya di Damskus selatan. Lebih dari 40 ribu tewas sejak pemberontakan meletus di Suriah Maret 2011, kata kelompok pemantau itu. 

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement