Sabtu 24 Nov 2012 15:25 WIB

Turki-Israel akan Pulihkan Diplomatik

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Kapal Mavi Marmara yang diserang Israel pada Mei tahun lalu, tampak di kejauhan, dengan latar depan bendera Israel.
Foto: AP
Kapal Mavi Marmara yang diserang Israel pada Mei tahun lalu, tampak di kejauhan, dengan latar depan bendera Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV --- Hubungan diplomatik antara Israel dan Turki dikabarkan akan pulih. Surat kabar Israel, Hareetz, mengeklaim Ankara setuju untuk membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Negara Yahudi itu, Sabtu (24/11).

Dikabarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengutus staf khususnya Yosef Chiechanover untuk pemulihan hubungan tersebut. Tidak disebutkan di mana pertemuan berlangsung, namun delegasi dari Tel Aviv bertemu dengan Diplomat Senior Turki, Feridun Sinirlioglu, untuk mengakhiri krisis antara keduanya.

Hubungan Israel dan Turki panas setelah pasukan angkatan laut zionis menyerbu kapal delegasi kemanusian berbendera Turki pada 2010. Kapal Mavi Maramara berlayar dari perairan Turki menuju Gaza lewat Laut Mediterania.Kapal memaksa berlabuh di Laut Gaza yang diblokade zionis sejak 2007.

Israel melarang kapal tersebut, dan menyerang dengan menerjunkan prajurit tempurnya . Sepuluh relawan kemanusian tewas, sembilan diantaranya adalah warga negara Turki. Ankara murka, Perdana Menteri Reccep Tayyip Erdogan mengutuk keras serangan dan mengusir Duta Besar Israel di Turki.

Erdogan mengatakan tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebelum ada permintaan maaf secara terbuka. Erdogan juga memaksa Negara Yahudi tersebut memberikan kompensasi kepada keluarga korban. Terpenting bagi dia, hubungan diplomatik tidak akan kembali normal sebelum zionis menghentikan blokadenya atas wilayah Gaza di Palestina.

Media pemerintah Turki, Today Zaman, mengatakan ketiga tuntutan tersebut adalah paralel. Ankara tidak meladeni pemulihan hubungan jika ketiga tuntutan tidak terpenuhi.

Sementara Israel hingga sekarang belum menampakkan respon positif, dan mengatakan serangan ke Mavi Marmara adalah pembelaan diri dari ancaman bahaya di perairan Israel. Sampai sekarang belum ditemukan adanya pernyataan resmi pemerintah terkait pemulihan hubungan diplomatik tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement