REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Hamas menyatakan tak akan berhenti memasok senjata untuk keamanan di Jalur Gaza, Palestina. Namun, Hamas mengaku tetap menaati gencatan senjata dengan Israel yang disepakati, Rabu (21/11) kemarin.
Hamas beralasan senjata akan tetap menjadi kekuatan dalam mendukung negosiasi. "Tak ada cara untuk melepaskan senjata, senjata-senjata ini melindungi kita. Tak ada cara apapun untuk menghentikan perolehan dan produksi senjata. Kesepakatan Palestina terakhir menunjukkan negosiasi dengan Israel tak dapat dilakukan kecuali dengan sokongan senjata," ujar Pemimpin senior Hamas, Moussa Abu Marzouk, seperti dinukil dari Reuters, Sabtu (24/11).
Hamas menuntut Israel dan Mesir mencabut semua blokade perbatasan yang menyulitkan Palestina keluar masuk Gaza. Blokade perbatasan tersebut diterapkan sejak Hamas menguasai wilayah Gaza pada 2007 lalu.
Perekonomian Gaza yang paling terpukul akibat blokade tersebut. Israel menyatakan dalam sepekan pihaknya akan melonggarkan blokade secara signifikan, agar Hamas bersedia menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza.
Selama ini, Hamas dituding Israel menyelundupkan senjata dan roket dalam jumlah besar sejak serangan militer Israel di Gaza empat tahun lalu. Hamas diduga melakukan penyelundupan tersebut melalyui terowongan bawah tanah di perbatasan Mesir.
Namun Hamas membantah tuduhan tersebut. Hamas menyatakan pihaknya memproduksi roket sendiri di Gaza.
Saat pertempuran dengan Israel beberapa hari lalu, Hamas sempat meluncurkan roket Fajr-5 yang mampu menghantam Ibu Kota Tel Aviv dan Yerussalem. Roket itu disebut-sebut buatan Iran.
Hamas mengelak mendapat dukungan senjata dari Iran. Namun saat peperangan usai dan genjatan senjata terjalin dengan Israel, pemimpin Hamas, Khaled Mashaal menyatakan terima kasih atas bantuan Pemerintah Iran.