REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rudal permukaan-ke-udara NATO yang akan ditempatkan di perbatasan Turki di dekat Suriah hanya akan digunakan untuk melindungi wilayah Turki dan bukan untuk menetapkan zona larangan terbang di dalam wilayah Suriah, kata militer Turki, Senin.
Turki membuat gusar Suriah, Rusia dan Iran karena meminta sistem rudal permukaan-ke-udara NATO, Patriot, yang dirancang untuk mencegat pesawat atau rudal pada Rabu lalu (21/11), setelah beberapa pekan pembicaraan tentang cara meningkatkan keamanan di perbatasan 900 kilometernya sementara konflik Suriah bertambah parah.
Suriah, yang menyebut tindakan itu "provokatif", dan sekutunya --termasuk Rusia dan Iran-- menentang setiap penggelaran yang mereka anggap dapat menjadi langkah awal ke arah penerapan zona larangan terbang.
"Penggelaran sistem pertahanan udara dan rudal hanya untuk menanggulangi ancaman udara atau rudal yang berasal dari Suriah dan adalah langkah yang sepenuhnya ditujukan bagi pertahanan," kata militer Turki di dalam satu pernyataan sebagaimana dikutip Reuters, Senin malam.
"Bahwa itu akan digunakan untuk membentuk zona larangan terbang atau bagi operasi serangan sama sekali di luar rencana," katanya.
Gerilyawan Suriah, kendati mampu merebut banyak wilayah, nyaris tak memiliki pertahanan terhadap Angkatan Udara Suriah dan telah menyerukan pembentukan zona larangan terbang yang dilaksanakan oleh masyarakat internasional. Tindakan itu telah membantu gerilyawan Libya menggulingkan Muammmar Gaddafi tahun lalu.
Pada Senin, jet tempur Suriah membom markas gerilyawan di dekat perbatasan dengan Turki, kata pegiat oposisi di daerah tersebut.
Kebanyakan pemerintah asing enggan menerapkan zona larangan terbang karena khawatir terseret ke dalam konflik 20 bulan di Suriah.