REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Presiden Palestina, Mahmoud Abbas kembali meneruskan usaha meraih dukungan peningkatan status Palestina di perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Upaya sempat tersebut terhenti akibat perang meletus di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel.
Abbas menuju PBB pada Senin untuk melanjutkan rencananya meminta peningkatan status kepada Majelis Umum PBB. Status sebagai negara pengamat di PBB ingin ditingkatkan menjadi non-anggota.
Abbas pun meminta pemungutan suara terkait usulan tersebut dapat dihelat PBB pada 29 November mendatang. Untuk mendapatkan status baru Palestina, butuh dua per tiga suara anggota majelis.
Dengan status baru, Palestina akan mendapat akses untuk bergabung dengan pengadilan internasional dan dapat menuntut Israel melalui pengadilan tersebut.
Jelang pemungutan suara majelis PBB, Abbas pun berusaha mendapatkan suara terutama dari negara Barat. Penasihat Presiden, Sabri Saidam meyakini status tersebut merupakan akses satu-satunya yang dapat dilakukan Abbas.
"Dia keluar dari perang Gaza dan lebih berkeras ke PBB. Dia cukup memahami bahwa beberapa negara akan menentang suara, tapi itu langkah Palestina di arah yang benar, membuat konflik Palestina melawan Israel, menjadi internasional melawan Israel," tutur Sabri.
Phak AS sangat menentang rencana Abbas tersebut. Menteri Luar Negeri AS Clinton akan bertemu dengan pemimpin Palestina pekan ini.