Selasa 27 Nov 2012 08:20 WIB

Uni Eropa Desak Kroasia-Sebria Rekonsiliasi

Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)
Foto: UWORKERS
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ZAGREB -- Komisaris Besar Uni Eropa Stefan Fuele Senin mendesak Kroasia dan Serbia untuk menyelesaikan sengketa mereka atas kejahatan perang setelah hubungan mereka mencapai titik terendah sejak berakhirnya konflik 1991-1995.

"Saya percaya bahwa ... politisi di kedua pihak akan menemukan jalan keluar (dan) akan berkontribusi untuk mendinginkan emosi serta bekerja demi kepentingan seluruh wilayah, manfaat rekonsiliasi," kata Fuele kepada wartawan di ibu kota Kroasia, Zagreb.

Hubungan antara dua bekas musuh, yang telah berangsur-angsur membaik selama beberapa tahun terakhir, mulai memburuk lagi ketika pemimpin nasionalis Serbia Tomislav Nikolic terpilih sebagai presiden pada Mei.

Hubungan mereka secara dramatis memburuk awal bulan ini ketika pengadilan kejahatan perang PBB menerima banding dua jenderal Kroasia - Ante Gotovina dan Mladen Markac.

Keduanya awalnya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 24 dan 18 tahun penjara masing-masing atas pembunuhan 324 warga Serbia dan pemindahan paksa 90.000 orang lain selama dan setelah operasi yang mengakhiri perang 1991-1995 di Kroasia.

Tidak seperti di Kroasia, di mana para jenderal dianggap pahlawan dan mereka merayakan pembebasan, di Serbia putusan itu dikecam oleh kelompok-kelompok beragam seperti ekstrem kanan nasionalis, liberal sayap kiri dan para aktivis hak asasi manusia.

Keterangan Nikolic dalam satu wawancara pada Senin pagi lebih lanjut memicu keretakan antara Beograd dan Zagreb. "Hal ini tidak berjalan dengan baik dengan Kroasia," kata Nikolic kepada harian Serbia Kurir.

"Kroasia tahu bahwa kejahatan yang dilakukan dalam Operasi Badai (Agustus 1995) mengerikan, tetapi mereka masih merayakan bahwa tidak ada yang dihukum. Mereka adalah negara pada jalan yang salah," katanya.

Presiden Kroasia Ivo Josipovic segera menjawab bahwa pernyataan seperti itu "tidak menyumbang untuk rekonsiliasi." "Situasi harus didinginkan dan sekali Nikolic mengubah retorikanya, kondisi akan bertemu untuk melakukan pertemuan bersama," kata Josipovic kepada radio nasional Kroasia.

Tetapi Nikolic mengatakan, rekannya Kroasia ingin "kita bicara - saya sebagai presiden dari sebuah negara yang telah melakukan kejahatan, dan dia sebagai presiden dari bangsa yang belum dihukum apa-apa."

Proklamasi kemerdekaan Kroasia dari bekas Yugoslavia memicu perang dengan Beograd-Serbia yang didukung pemberontak yang menentang langkah itu. 

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement