Kamis 29 Nov 2012 06:03 WIB

Inilah Pintu Masuk Indonesia ke Timur Tengah

Princess Tower, bangunan perumahan termegah di dunia di Dubai, Uni Emirat Arab (Ilustrasi)
Foto: AP
Princess Tower, bangunan perumahan termegah di dunia di Dubai, Uni Emirat Arab (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI --  Wakil Menteri Perdagangan RI Bayu Krisnamurthi mengatakan, Uni Emirat Arab (UAE) sangat berpotensi dijadikan sebagai pintu masuk pasar ekspor Indonesia ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, meliputi Oman, Qatar, Iran dan Pakistan.

"UAE bisa dijadikan sebagai pusat distribusi (distribution center) bagi produk-produk Indonesia, untuk kemudian dapat diekspor kembali ke negara di sekitarnya," kata Bayu, usai melakukan "Business Forum" dengan sekitar 50 pengusaha asal Uni Emirat Arab, di Dubai, Rabu malam.

"Business Forum" di Dubai tersebut merupakan bagian terakhir dari rangkaian penyelenggaraan Misi Dagang Kementerian Perdagangan-RI ke Timur Tengah, setelah sebelumnya juga diselenggarakan di Jordania.

Menurut Bayu, pemilihan UAE sebagai pusat distribusi sejalan dengan program pemerintah dalam memperluas pasar ekspor di Timur Tengah di tengah krisis keuangan di Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa yang belum kunjung pulih.

Ia menjelaskan, Dubai saat ini merupakan merupakan hub bisnis termodern dikawasan Timur Tengah sehingga sangat layak dan efisien dijadikan sebagai pintu bagi produk Indonesia untuk menembus pasar di kawasan itu.

Lebih luas dari itu, Dubai telah menjadi perlintasan bisnis yang menghubungkan seluruh benua.

Situasi politik di sejumlah negara di Timur Tengah saat ini belum mapan karena terjadi gejolak, yang sedikit banyak mengganggu distribusi.

Namun di sisi lain situasi yang tidak menguntungkan itu memicu tingginya permintaan terhadap komoditas tertentu seperti bahan makanan, obat-obatan, sandang dan material bangunan akibat kerusakan infrastruktur.

"Selain meningkatkan pasar di UAE, Dubai bisa dijadikan basis produk-produk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ke negara-negara tetangganya," ujar Bayu.

Menurut data Kementerian Perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia dengan UEA hingga Agustus 2012 mencapai sekitar sekitar 2,15 miliar dolar AS, meningkat 19,04 persen dibanding periode sama 2011 sebesar 1,8 miliar dolar AS, dengan surplus bagi Indonesia hanya sekitar 12 juta dolar AS.

Nilai ekspor Indonesia mencapai 1,08 miliar dolar AS, sebaliknya Indonesia mengimpor produk dari UEA sekitar 1,06 miliar dolar AS. Surplus perdagangan Indonesia tersebut makin menurun sehingga harus dicarikan jalan keluar agar ekspor Indonesia dapat ditingkatkan.

"Jadi, sudah saatnya cepat mencari terobosan baru untuk menjaga pertumbuhan ekspor nasional," kata Bayu. Jumlah penduduk UAE saat ini sekitar 8,5 juta jiwa, dan 80 persen di antaranya merupakan pendatang.

"Namun ekspatriat tersebut juga menjadi potensi pasar bagi produk-produk Indonesia negara itu karena membutuhkan komoditas yang lebih beragam. Ini peluang yang harud dapat tangkap," ujarnya.

Menurut catatan, Indonesia saat ini mengekspor sejumlah komoditi seperti makanan olahan, mebel, minyak nabati, tekstil dan garmen, mebel, suku cadang otomotif.

"Selain memenuhi pasar dalam negeri negara itu, setelah melalui proses pemberian nilai tambah (value added) bisa dipasarkan kembali oleh pengusaha setempat ke negara-negara lain yang menjadi tujuan ekspor UEA)," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement