REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Setelah delapan hari perang antara pejuang Palestina dengan tentara Israel, dengan kekuatan yang ditunjukkan pejuang Palestina hingga mendobrak jantung Kota Tel Aviv dan Tel Rabe', akhirnya gencatan senjata disepakati kedua belah pihak.
Militer dan pemerintah Israel mengakui kekalahan, karena banyaknya korban yang berjatuhan di pihak mereka. Apalagi muncul desakan dari warga Yahudi yang memprotes kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Memang benar, pihak pejuang dan warga Gaza pun menjadi korban serangan Israel, yang mengakibatkan gedung pemerintah dan rumah warga sipil hancur diterjang roket yang diluncurkan baik melalui drone (pesawat tanpa awak) maupun pesawat tempur jet F-16.
Tercatat dalam sejarah, baru kali ini pejuang Palestina berhasil membuat Tel Aviv panik tiada tara. Dan baru kali ini pejuang Palestina menunjukkan kekuatan mereka kepada pihak Israel, yang berujung pada permintaan Israel untuk gencatan senjata.
Tidak hanya sekali permintaan gencatan senjata diajukan langsung oleh Israel, akan tetapi pejuang Palestina sempat beberapa kali menolak gencatan senjata tersebut. Setelah membuat panik Tel Aviv, akhirnya pejuang Palestina menerima gencatan senjata bersyarat atas garansi pemerintah Mesir, yaitu Presiden Muhammad Mursi.
Berikut sejumlah syarat gencatan antara Hamas-Israel: Pertama, selama gencatan senjata pihak Israel dilarang melakukan pengeboman yang mengakibatkan tewasnya warga Gaza. Kedua, Israel dilarang melakukan intimidasi atau operasi pembunuhan terhadap petinggi Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Dan ketiga, pencabutan blokade yang masih berlangsung di Jalur Gaza.
Untuk permintaan yang ketiga ditolak oleh pemerintah Israel dan hingga saaat ini blokade masih berlangsung di Gaza. Hal ini terlihat berdasarkan pantauan kontributor ROL sekaligus relawan MER-C Indonesia di Jalur Gaza, Abdillah Onim. Hingga saat ini para relawan masih sulit untuk masuk ke Gaza, demikian pula dengan bantuan lainnya.
Keberhasilan yang diraih oleh pejuang Palestina sehingga melemahkan kekuatan tentara Israel ini tidak lain atas bantuan dari seluruh pihak, terutama negara-negara Islam baik Arab maupun non-Arab.
Perdana Menteri Palestina di Jalur Gaza, Ismail Haniyah, dalam pidatonya mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang telah mendukung perjuangan Palestina. “Kami ucapkan terima kasih kepada Turki yang mendukung secara moril. Juga kepada negara-negara Arab, Iran, Malaysia, dan Indonesia,” kata Haniyah.
Pembangunan RSI berlanjut
Setelah kesepakatan gencatan senjata atau pemberhentian perang, kondisi Jalur Gaza mulai pulih. Warga sudah memulai aktivitas mereka kembali, pasar mulai ramai, sekolah dan kegiatan perkantoran juga kembali normal.
Saat perang berlangsung selama sepekan lebih, pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Distrik Beit Lahiya, Gaza utara, sempat diistirahatkan sementara waktu, mengingat lokasi RSI yang berdekatan dengan perbatasan Gaza-Israel—sekitar dua kilometer.
Sehari setelah gencatan senjata, para tukang yang didatangkan dari Indonesia langsung beraksi kembali untuk melakukan pembangunan RSI. Dan hingga saat ini, pembangunan RSI terus berlangsung.
Dr Mufed selaku Menteri Kesehatan Palestina di Jalur Gaza dan para dokter yang bertugas di Rumah Sakit Asy-Syifa sempat menanyakan bagaimana pembangunan RSI kepada para relawan MER-C.
Para relawan pun menegaskan pembangunan RSI akan terus berlanjut sesuai dengan komitmen MER-C sesuai dan amanah rakyat Indonesia. Peran RSI di Gaza sangat vital dan harus segera diselesaikan agar dapat dimanfaatkan oleh rakyat Gaza, khususnya warga Gaza utara.
Dr Mufed tak menampik jika keberadaan RSI di Gaza utara sangat dibutuhkan, mengingat sulitnya evakuasi korban menuju RS Asy-Syifa di pusat Kota Gaza, jika Israel melancarkan serangan lagi. “Jika RSI sudah berdiri, maka pasien yang dari Gaza utara tidak lagi dievakuasi ke Asy-Syifa, namun langsung dirawat di RSI,” kata Mufed.
Mewakili seluruh rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza, Dr Mufed mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada rakyat dan pemerintah Indonesia. “Semoga RSI segera berdiri dan dapat melayani warga Gaza,” ujarnya.