REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA - Polisi menggunakan meriam air membubarkan pemrotes, yang melemparkan batu di ibu kota Slovenia, pada Jumat setelah unjukrasa menentang pemotongan anggaran dan korupsi dua hari menjelang pemilihan presiden.
Para perwira mengatakan itu pertama kali mereka menggunakan tindakan tersebut untuk mengendalikan massa sejak negara itu merdeka dari Yugoslavia pada 1991 dan 15 orang, sebagian besar polisi, cedera.
Ribuan warga Slovenia turun ke jalan-jalan di Ljubljana dan enam kota lainnya di negara zona euro yang dilanda krisis keuangan, terakhir dalam serangkaian protes.
"Saya memprotes pemrintah karena mereka merusak negara kita, pendidikan kita, sistem-sistem kesehatan dan sosial kita. Kita harus menunjukkan bahwa kita menentang mereka dan mereka bukan orang yang tidak dapat disentuh," kata insinyur Ziva Brcar, 47 tahun kepada Reuters.
Beberapa orang dari massa itu mulai melemparkan batu dan petasan ke polsisi di ibu kota itu, temapt sektar 30 orag ditahan, kata polisi.
Slovenia yang bergabung dalam zona euro tahun 2007 ketika pertumbuhan ekonominya paling poesat di blok itu, paling parah dilanda krisis global karena negara itu sangat mengandalkan ekspor.
Negara itu kini dilanda resesi dan berjuang dengan ekspor yang lemah, gagal dalam pengeluaran domestik karena anggaran dipotong dan pengangguran meningkat, sementaara bank-bank lokal terpukul akibat banyak pinjaman buruk yang tidak dibayar.
Pemerintah konservatif Perdana Menteri Janez Jansa tahun ini memotong semua gaji sektor publik dan sebagian besar manfaat sosial untuk mengurangi defisit anggaran sampai 4,2 persen dari Produk Domestik Kotor (GDP) dari 6.4 persen tahun lalu.
Pemerintah berencana akan memotong anggara lagi tahun 2013 untuk mengurangi defisit menjadi sekitar tiga persen dari GDP, yang secara normal tingkat maksimum yang diperkenankan bagi anggota-anggota zona euro.
Negara itu akan menyelenggarakan pemilihan presiden Ahad dengan mantan perdana menteri berhaluan kiri-tengah Borut Pahor,yang mendudung perlunya kerja sama antara pemerintah dan oposisi, diperkirakan akan mengalahkan presiden berhaluan kiri-tengah sekarang Danilo Turk.
Presiden, yang memiliki masa jabatan lima tahun, umumnya adalah pemimpin seremonial. Perdana Menteri Janez Jansa Kamis menyerukan masyarakat melakukan unjuk rasa secara damai.
"Situasi serius tetapi tidak perlu menyerah. Kita memiliki semua potensi untuk mengatasi krisis oleh kita sediri," katanya dalam satu pernyataan.