REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Sebuah bom mobil meledak di distrik Hamra, pusat kota Homs, Suriah, pada Ahad (2/12). Seperti dikabarkan kantor berita Setempat SANA, Senin (3/12), ledakan yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 24 orang tersebut juga menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya.

Pengamat HAM Suriah mengatakan, sejak Sabtu (1/12) sudah terjadi empat kali bom mobil di berbagai pusat keramaian di Suriah. Hari itu dianggap hari paling berdarah di Suriah, karena lebih 140 orang tewas dalam berbagai teror bom, termasuk 39 korban tewas di pinggiran kota Damaskus.

Motif ledakan tersebut masih simpang siur antara pihak yang mempersalahkan pemerintah atau oposisi Suriah. Media pemerintah Suriah, seperti dilansir Alarabiya, mengeklaim bom tersebut adalah aksi teror yang dilancarkan oposisi. Namun beberapa media asing mengabarkan bahwa bom itu tidak lain didalangi oleh militer pemerintah Suriah sendiri untuk menjebak pihak oposisi.

Situasi keamanan semakin bergejolak di Suriah setelah para pemberontak mengambil alih beberapa akses penting di ibukota, terutama Aleppo dan Damaskus. Jalan damai untuk kedua pihak yang bertikai dirasa sudah buntu.

Presiden Bashar Assad dan keluarganya yang telah memerintah di Suriah selama lebih dari empat dekade secara otokratis telah bersumpah akan membasmi para pemberontak yang berasal dari kelompok militan Islam yang radikal. Ia mengeklaim, kelompok oposisi sengaja didanai oleh Barat dan Negara-negara Teluk Arab untuk menggulingkan kepemimpinannya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika