Senin 03 Dec 2012 15:29 WIB

Haniya: Hamas Harus Dicabut dari Daftar Teroris

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany
Ismail Haniyah
Foto: REUTERS
Ismail Haniyah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas yang sebelumnya pernah termasuk dalam daftar teroris internasional akan segera membersihkan namanya pasca pengakuan Majlis Umum PBB dengan status negara pengamat non-anggota di PBB.

Hal itu disampaikan PM Palestina, Ismail Haniyah, Ahad (2/12) kemarin dalam sambutannya kepada delegasi Eropa di Gaza.

Haniyah sebagai kader Hamas yang tumbuh dan besar oleh didikan Hamas mengklaim cap teroris yang dilekatkan kepada Hamas sangat tidak patut.

"Hamas adalah gerakan pembebasan nasional, demikian juga faksi-faksi perlawanan lainnya. Mereka bekerja di dalam batas wilayah Palestina dan tidak memusuhi Yahudi di manapun di dunia dan tidak memusuhi Yahudi karena mereka Yahudi. Masalah kami adalah dengan penjajah yang ada di tanah kami," Jelas Haniyah seperti dikutip infopalestina.com.

Lebih lanjut, cap teroris internasional tersebut lebih pantas dilekatkan kepada Israel. Menurutnya, Israel yang telah melancarkan agresi militer ke Palestina adalah suatu bentuk tindakan terorisme.

Israel yang menargetkan secara langsung serangannya kepada sipil Palestina telah menghabisi lebih dari 200 nyawa. 80 persen korban adalah wanita, anak-anak, serta orang tua. Tindakan Israel tersebut mencerminkan siapa teroris sebenarnya.

“Palestina adalah satu-satunya negara di dunia yang diduduki (penjajah) dan rakyatnya mengungsi di seluruh dunia. Era penjajahan sudah berakhir, namun Palestina mengalami penjajahan.” Ungkap Haniyah.

Menurut Haniyah, apa yang dilakukan Hamas selama ini semata-mata hanya untuk membela tanah airnya yang dijajah Israel, bukan sebagai tindak terorisme.

Haniyah juga menyinggung laporan hakim internasional Goldstone, yang memimipin tim investigasi PBB atas agresi Israel ke Jalur Gaza di akhir tahun 2008.

Dalam satu pernyataannya berisikecaman kepada Israel agar seluruh kegiatan zionisme tersebut segera dibekukan. Hal tersebut juga didorong oleh tekanan dari sejumlah pihak internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement