Senin 03 Dec 2012 17:07 WIB

Pengungsi Suriah Hadapi Udara Dingin Irak Utara

Pengungsi Suriah berjalan di kamp pengungsian di Irak
Foto: AFP
Pengungsi Suriah berjalan di kamp pengungsian di Irak

REPUBLIKA.CO.ID, KAMP DOMEZ -- Seorang perempuan Suriah, Hakim al-Qasimi, dalam usia 50-an tahun berusaha menyalakan api unggun kecil pada Ahad (2/12), sementara udara musim dingin menggigit tulang di kamp pengungsi Domez, Wilayah Otonomi Kurdistan di Irak utara.

Hakim adalah salah satu pengungsi Suriah yang berusaha menyelamatkan diri dari kerusuhan yang berkecamuk di negara mereka. Jumlah pengungsi di Irak Utara meningkat jadi lebih dari 40.000 orang di kamp wilayah Kurdi itu, demikian data statistik yang disiarkan oleh Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR).

Jumlah keluarga yang mengungsi ke Domez telah mencapai 5.593, kata Niyazi Nuri, Kepala kamp itu kepada Xinhua. "Kamp ini masih menerima ratusan pengungsi setiap hari dan Pemerintah Wilayah Kurdistan (KRG) menyediakan semua kebutuhan kemanusiaan di kamp tersebut melalui kerja sama dengan organisasi internasional," kata Nuri.

Subhi Ahmed, seorang pejabat UNHCR di kamp itu, memberitahu Xinhua, organisasinya menyediakan buat kamp tersebut pakaian musim dingin dan menyiapkat tempat berteduh baru buat keluarga baru yang datang ke kamp itu setiap hari. "Kami akan mendirikan 1.000 tenda dalam beberapa hari ke depan dan KRG menyediakan dukungan logistik dengan memasok kamp tesebut dengan pipa air jinjing," kata Ahmed.

"Direktorat Pendidikan Provinsi Dohuk membuka satu sekolah di kamp itu dan telah menerima lebih dari 1.646 murid lelaki dan perempuan setelah mempekerjakan sebanyak 50 guru berkebangsaan Suriah," kata Abdullah Mohammed Saeed, Kepala Sekolah tersebut.

Para siswa tersebut belajar dalam bahasa Kurdi, kata Saeed. Dia mengatakan, sebanyak 500 murid lagi siap bergabung dengan sekolah yang dikelolanya dalam beberapa hari mendatang.

Abdul Kareem Osman (64 tahun) tiba di kamp itu dua hari sebelumnya ikut berkomentar. "Tak ada tempat aman di Suriah. Tak ada listrik, tak ada layanan umum dan tak ada pekerjaan untuk mencari nafkah," kata Osman. Ia menambahkan, "Makanan kami menipis dan kami tak memiliki kesempatan untuk tetap hidup."

Kini para pengungsi Irak, yang telah menyelamatkan diri dari desingan peluru dan hantaman roket di negara mereka, harus berhadapan dengan udara musim dingin di negeri orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement