REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL--Tak hanya Prancis dan Inggris yang dilaporkan menginformasikan Washington mengenai tindakan untuk menekan Israel. Beberapa negara Eropa juga turut serta termasuk Jerman.
Dibandingkan tetanggannya Prancis dan Inggris yang kemungkinan akan menarik duta besarnya dari Tel Aviv, Jerman dinilai mengambil langkah lebih moderat seperti menunda dialog strategis dengan Israel, membuat pelabelan produk konsumsi yang berasal dari Israel, dan bahkan mempromosikan sanksi terhadap pemukiman tersebut di bawah bendera Uni Eropa.
Netanyahu, seperti dilaporkan Haaretz, Senin (3/12), dijadwalkan datang ke Berlin, Kamis pekan ini untuk pertemuan rutin bilateral. Menurut seorang Diplomat, Netanyahu bakal mendengar kritik tajam dari Kanselor Angela Merkel atas aksi 'sok menghukum' Israel terhadap Palestina, terutama konstruksi di E1.
Uni Eropa kini melakukan tekanan besar kepada Israel untuk membatalkan keputusan memindahkan area konstruksi ke E1. Lima duta besar Eropa telah melayangkan protes tajam kepada Kantor Kementrian Luar Negeri sekaligus Perdana Menteri di Yerusalem pada Jumat lalu.
Duta Besar Inggris Matthew Gould dan Dubes Prancis Christophe Bigot memanggil dirjen Kemenlu Israel, Rafi Barak dan menggelar perbincangan yang mereka sebut 'perdebatan keras'. Sementara Dubes Belanda Caspar Veldkamp, Dubes Uni Eropa Andrew Standley, dan deputi dubes Jerman, menyerukan protes kepada Kementrian Luar Negeri Israel, Ahad (2/12).
Kepada Barak, Dubes Belanda bahkan menyatakan jika konstruksi di area E1 berlanjut, negaranya tidak akan mendukung Israel lagi dalam pemungutan suara PBB. Dubes Jerman juga menyampaikan pesan serupa.