Selasa 04 Dec 2012 10:46 WIB

Suka Berhutang, Ratusan Ribu Lelaki Malaysia Bangkrut

Warga Malaysia merayakan hari kemerdekaan ke-55 yang diselenggarakan di Lapangan Merdeka,Kuala Lumpur,Jumat (31/8).  (Syahruddin El Fikri/Republika)
Warga Malaysia merayakan hari kemerdekaan ke-55 yang diselenggarakan di Lapangan Merdeka,Kuala Lumpur,Jumat (31/8). (Syahruddin El Fikri/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Hampir 170 ribu laki-laki warga negara Malaysia dinyatakan bangkrut sejak 2005 hingga April 2012 sehingga gagal melunasi hutang-hutangnya.

Angka riilnya, 169.218 lelaki. Atau 70 persen dari total keseluruhan individu yang telah dinyatakan bangkrut pada periode sama yang mencapai 241.740 orang. 

Ketua Jabatan Korporat dan Komunikasi Agensi Kaunselling dan Pengurusan Kredit (AKPK), Mohd Khalil Jamaldin menjelaskan fakta tersebut menunjukkan golongan lelaki di negara ini lebih suka berhutang berbanding golongan perempuan.

“Sikap ini ibarat menutup hutang lama dan kemudian menggali hutang yang baru. Akibatnya, hutang yang baru itu tidak akan selesai bahkan bertambah banyak," ungkapnya seperti dipaparkan sejumlah media lokal terbitan Kuala Lumpur, Selasa (4/12).

Jika dibandingkan, jumlah perempuan warga Malaysia yang dinyatakan bangkrut dalam periode yang sama hanya mencapai 72.522 orang.

Ironisnya, kata dia, apabila sudah tidak mampu bayar, tanggung jawab untuk membayar hutang itu pun turut hilang. Jadi akhirnya mereka biarkan saja hutang itu seperti orang malas untuk bayar hutang.

Banyaknya persoalan hutang itu juga bisa terlihat dari jumlah mereka yang mengunjungi AKPK. Sampai 31 Oktober 2012, sudah tercatat 202.342 orang yang datang ke AKPK untuk mendapatkan pelayanan pengurusan hutang mereka.

Dari jumlah tersebut sebesar 67,4 persen atau 136.378 orang adalah lelaki dan selebihnya perempuan.

Khalil menjelaskan bahwa golongan lelaki juga tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam menguruskan keuangan mereka. Sehingga mengakibatkan hutang yang ditanggung tidak mampu diselesaikannya.

“Walaupun perempuan juga berhutang tetapi mereka lebih pandai dalam menguruskan soal keuangan. Tidak seperti lelaki yang membuat hutang tanpa berpikir panjang,” ungkapnya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement