REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat kepada Iran, dinilai mengancam kehidupan warga Negeri Paman Sam yang sedang sakit. Soalnya, pasokan obat-obatan dari Iran ternyata sudah menyelamatkan hidup warga AS.
Laporan yang dipublikasikan di Wall Street Journal itu menyebut Departemen Pertahanan AS membutuhkan hasil riset dan produksi obat-obatan Iran, untuk tentara AS di Afghanistan yang terkena gigitan ular kobra, dan ular jenis lain khas Asia barat daya. Komando Sentral AS menyarankan para tentara itu diberikan obat bantuan dari Iran, Razi Vaksin dan Serum Research Institute sebagai terapi antivenin (antibisa).
"Antivenin dari Iran adalah yang terbaik," puji Kolonel Rob Russel, Direktur Medis di apotek yang dikelola Rumah Sakit di Inggris dan berdekatan dengan pangkalan Militer AS di Afganistan Selatan.
Press TV, Selasa (4/12), menyebut pemberian obat dari Iran lantaran antivenin yang buatan AS tidak bekerja pada gigitan ular Afghanistan. Nah, sanksi AS yang melarang transfer dana melalui bank bakal membuat pembelian obat-obatan dan peralatan medis di Iran semakin sulit. Tak pelak, kebijakan itu bakal mengancam kehidupan jutaan pasien yang menderita hemofilia, hepatitis, diabetes, dan talasemia.
Akibat sanksi AS, pada November lalu, seorang remaja penderita hemofilia di Iran meninggal dunia karena kekurangan obat-obatan. "Sanksi ini merupakan tindakan brutal yang bertentangan dengan rasa kemanusiaan dan hukum internasional tentang HAM," kata seorang pejabat Iran, Dr Ismail Salami.
Sanksi AS diberikan kepada Iran menyusul tuduhan program senjata nuklir. AS menuduh Iran mengembangkan energi nuklir untuk memproduksi senjata nuklir. Tapi Negeri Para Mullah itu selalu membantah tudingan tersebut.