REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Peningkatan status Palestina di PPB diharapkan bakal mengarah kepada berlanjutnya pembicaraan perdamaian dengan Israel. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Yordania, Nasser Jouda, Kamis (6/12).
Jouda, yang tiba di Tepi Barat Sungai Jordan bersama Raja Adbullah II, mengatakan pada suatu taklimat di Ramallah, pengakuan PBB atas Palestina sebagai negara pengamat non-anggota adalah "pernyataan menentukan yang mesti mengarah kepada dilanjutkannya perundingan langsung".
"Kami harus memastikan perundingan akan menangani semua masalah dalam waktu khusus," kata Jouda.
Ditambahkannya, Amman sedang melakukan koordinasi dengan Washington bagi dilanjutkannya perundingan Palestina-Israel.
Jouda dan timpalannya dari Palestina Riad Al-Maliki mengadakan taklimat bersama sementara Raja Abdullah II dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas saling mengadakan pertemuan.
Jouda mengatakan kedua pemimpin tersebut mengadakan pembahasan mengenai cara melanjutkan pembicaraan perdamaian, demikian laporan Xinhua --yang dpantau di Jakarta, Kamis malam.
Perundingan Palestina-Israel terhenti pada 2010 sehubungan dengan sengketa mengenai kegiatan permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan.
Setelah peningkatan status Palestina di PBB pekan lalu, Israel, dalam tindakan pembalasan, mensahkan rencana pembangunan permukiman baru di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, sehingga memicu kecamanan masyarakat internasional.
Jouda juga mengutuk rencana itu, yang akan mewujudkan pembangunan hampir 4.000 rumah, dan mengatakan rencana tersebut memecah Tepi Barat jadi dua bagian. Ia juga menegaskan negara masa depan Palestina mesti layak dan secara geografis bersatu.