REPUBLIKA.CO.ID, Dalam pidatonya pada Kamis (6/12) malam, Mursi menyesalkan kekerasan dan menyalahkan kepada 'penyusup' yang didanai oleh pihak ketiga. "Peristiwa menyakitkan ini terjadi karena perbedaan politik dan harus diselesaikan lewat dialog," ujarnya.
"Saya menyerukan dialog penuh secara produktif dengan semua fogur dan kepala partai, pemuda revolusioner hingga sosok terkemuka bidang hukum untuk bertemu pada Sabtu." ujarnya seperti dikutip Aljazirah, Kamis (6/12).
"Rakyat bisa menyampaikan pendapatnya."
Namun dalam pidatonya, Mursi hanya menawarkan konsensi yang dinilai tak berarti kepada kubu oposisi yang kian marah.
Para pemimpin Oposisi mendesak Mursi membatalkan referendum yang dijadwalkan diselenggarakan pada 15 Desember demi melegalkan dekritnya. Mursi berkata bahwa ia tak akan 'berkeras' mempertahankan pasal 6 yang jadi biang keladi protes.
Hanya saja ia menyatakan referendum bakal dijalankan sesuai jadwal agar 'rakyat bisa menyuarakan kehendaknya. "Biarkan mereka memilih ya atau tidak," kata Mursi.
Presiden menyatakan ia akan mengawasi formasi penyusunan majelis konstiten baru jika draf ditolak. Para oposan dan pengkritik kebijakan Mursi menyatakan 100 anggota parlemen yang menyusun draf konstitusi didominasi oleh figur beraliran Islam dan tak mewakili keseluruhan wajah Mesir. Hampir dua puluh anggota parlemen, termasuk kaum liberal dan perwakilan Gereja Koptik mundur pada pekan lalu.
Terlepas dari suara penolakan, draf uu tersebut diprediksi sejumlah kalangan bakal disetujui.