Jumat 07 Dec 2012 15:47 WIB

Kuburan Masal Disiapkan bagi Korban Bopha

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Warga pinggir pantai Mindanao dalam kamp perlindungan, menghindari serangan Badai Bopha.
Foto: REUTERS
Warga pinggir pantai Mindanao dalam kamp perlindungan, menghindari serangan Badai Bopha.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA --- Warga di bagian selatan Filipina mulai menguburkan ratusan korban Badai Bopha. Pemerintah merilis jumlah korban mencapai 418 orang. Jumlah yang sama juga dinyatakan menghilang.

Komandan Evakuasi Mayor Jenderal Ariel Bernardo mengatakan aroma busuk mulai tercium di beberapa wilayah. Pekuburan massal direncanakan untuk korban-korban yang tidak diketahui ahli warisnya. ''Kami pertimbangkan untuk menyatukan mayat-mayat yang tidak diklaim,'' Bernardo mengatakan demikian, Jumat (7/12), seperti dilansir kantor berita Reuters.

Badai berkecepatan 150 kilometer per jam menghantam bagian selatan Filipina, Selasa (4/12). Badai meniupkan gelombang pasang air laut, menyeret air tersebut ke daratan. Badai yang mencapai puncaknya saat Rabu (6/12) pagi waktu setempat, juga memicu curah hujan tinggi.

Beberapa wilayah di Mindanao mengalami longsor dan banjir hebat. Di Provinsi Compostela Valley adalah daerah terparah. Lebih dari setengah jumlah korban berasal dari wilayah di Kepulauan Palalawan ini. Pemerintah mengatakan tidak kurang dari 212 nama yang tewas berasal dari wilayah perkebunan pisang ini.

Reuters menampilkan gambar berseri proses evakuasi sepuluh korban badai yang tertimbun lumpur dan tumpukan kayu. Terlihat puing-puing dan perkakas masih menghiasi jalanan desa di New Bataan, saat Presiden Benigno Aquino berada di lokasi tersebut saat Jumat (7/12). Pemerintah yakin 400 korban hilang sebagian telah tewas dalam timbunan lumpur.

Evakuasi yang lamban dan ketidaktersediaan peralatan membuat evakuasi dan penyisiran menjadi sulit. ''Kami hanya menggunakan tangan dan sekop. Mereka yang mati tertimbun dalam lumpur yang tebal,'' Bernardo menambahkan.

Gubernur Compostella Valley, Arturo Uy, mengatakan agar relawan dan militer dapat melanjutkan proses evakuasi. Kata dia, situasi yang poranda membuat dirinya yakin korban tewas akan bertambah. ''Kami belum akan membahas evaluasi penghentian pencarian korban. Masih banyak korban belum ditemukan, dan harus ditemukan. Kami harus menyelamatkan mereka,'' Arturo mengatakan demikian.

Badai Bopha tentu tidak hanya menyisakan korban jiwa. Ratusan ribu pengungsi masih mengharapkan bantuan. Sekretaris Negara Bidang Kesra, Corazon Soliman, mengatakan sedikitnya 150 ribu warga di Provinsi Davao Oriental terancam menjadi tuna wisma. ''kami membutuhkan rumah untuk pusat evakuasi. Perlu bagi korban mendapatkan tempat tinggal pengganti,'' Soliman mengatakan demikian, seperti dikutip The Wall Street Journal, Jumat (7/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement