REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Jumlah pengungsi Suriah yang tercatat berada di negara-negara sekitar dan kawasan Afrika Utara telah melewati angka setengah juta, kata badan PBB untuk pengungsi pada Selasa, sambil menambahkan bahwa lebih banyak lagi pengungsi belum terdaftar dan tidak mencari pertolongan.
Badan PBB urusan pengungsi UNHCR mengatakan pengungsi Suriah yang telah terdaftar atau sedang dalam proses pendaftaran di Lebanon, Yordania, Irak, Turki dan Afrika Utara telah mencapai 509.550.
"Angka tersebut akan terus bertambah lebih dari 3.000 setiap harinya," kata juru bicara UNHCR Melissa Fleming kepada wartawan di Jenewa.
Dia bercerita, hampir seribu pengungsi Suriah menyeberang ke Yordania dalam dua malam terakhir, mereka datang dengan, "pakaian basah kuyup dan sepatu yang tertutup lumpur karena hujan". Kebanyakan dari mereka adalah orang tua dan anak-anak , termasuk 22 bayi yang baru lahir yang memasuki Yordania pada 9 Desember.
Pada Senin, terdapat 154.387 pengungsi Suriah terdaftar atau sedang dalam proses pendaftaran di Lebanon, 142.664 di Yordania, 136.319 di Turki, 64.449 di Irak dan 11.740 di Afrika Utara.
"Angka tersebut sebetulnya masih harus ditambah warga Suriah di negara-negara tetangga dan Afrika Utara yang belum datang ke kamp pengungsian dan mencari pertolongan," kata Fleming.
Di Yordania, menurut Fleming, diperkirakan terdapat 100.000 warga Suriah belum terdaftar, sementara di Turki 70 ribu pengungsi harus hidup di luar 14 perkemahan.
"Mereka yang hidup di luar kamp pengungsian akan mendaftarkan diri saat persediaan menipis dan keluarga yang ditumpangi di negara tersebut tidak lagi mendukung," kata dia.
Fleming memperkirakan prosentasi mereka yang hidup di luar kamp pengungsian mencapai 60 persen. Sebagian besar hidup di perumahan yang disewakan atau menumpang dengan keluarga dari negara tujuan.
Mengurus pengungsi yang tersebar ke banyak negara adalah "tantangan berat", kata Fleming, sambil menekankan bahwa di Lebanon warga Suriah yang terdaftar harus disebar ke 500 kotamadya berbeda.
Sejak kekerasan pertama kali muncul pada Maret 2011, lebih dari 42 ribu manusia terbunuh di Suriah menurut Syrian Observatory for Human Rights yang bermarkas di Inggris.