REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura menolak satu kapal yang membawa 40 orang, yang diselamatkan di lepas pantai Myanmar.
Pernyataan itu disampaiakn pejabat pelabuhan Singapura, Kamis (13/12). Media Singapura melaporkan para penumpang kapal tersebut kemungkinan warga Rohingya. Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura (MPA) mengatakan pihaknya menolak masuk kapal yang berbendera Vietnam, Nosco Victory, karena kurang informasi tentang para penumpangnya.
Dalam koordinasi dengan MPA, Pusat Koordinasi Penyelamatan Maritim India di Port Blair menganjurkan kapten kapal itu pergi ke tempat terdekat, yang aman untuk menurunkan ke-40 orang tersebut.
Namun, kata MPA, kapten tersebut mengabaikan instruksi dan bersikeras melanjutkan perjalanannya ke Singapura, yang setidaknya menempuh perjalanan selama tiga hari. "Informasi diberikan oleh kapten kapal itu menyangkut orang-orang yang diselamatkan kurang lengkap. Dan tidak dokumen resmi untuk membantu masalah ini. Namun tetapi mereka tampaknya bukan orang yang dapat diizinkan memasuki Singapura," kata MPA, tanpa memberikan perincian lebih jauh, seperti disadur dari AFP.
Surat kabar Sydney Morning Australia melaporkan 40 orang itu tidak memiliki kewarganegaraan, setelah diusir dari negara bagian Rakhine, Myanmar barat. Mereka terusir dari Rakhine akibat aksi kekerasan komunal.
Bentrokan antara warga Buddha dan Muslim Rohingya, menewaskan sejumlah orang. Lebih dari 115.000 orang mengungsi sejak Juni 2012.
Ke-40 orang itu diperkirakan terombang-ambing di perairan Singapura selama 30 jam, sebelum mereka diselamatkan pada 5 Desember. Herald memberitakan mereka itu adalah yang selamat dari satu kapal yang berbendera Bangladesh, Nayou, yang karam 4 Desember, saat melakukan perjalanan ke Malaysia.
"Sekitar 160 warga Rohingya di kapal Nayou diperkirakan tenggelam," tulis Herald.