REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pemimpin Eropa berbondong-bondong menyampaikan belasungkawanya kepada Amerika Serikat setelah kejadian pembantaian di sebuah sekolah di Connecticut, Jumat (14/12).
Di dalam surat terbuka kepada Presiden AS Barack Obama, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan dirinya merasa 'ngeri'.
"Dalam kondisi tragis ini, saya ingin menyampaikan kesedihan dan rasa terkejut yang mendalami sehubungan dengan aksi kekerasan yang tak terperikan di satu kota dasar sehingga merenggut sangat banyak korban," katanya.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengungkapkan kesedihannya dalam sebuah pernyataan. "Hati saya bersama korban cedera dan mereka yang telah kehilangan orang tercinta. Sungguh menyedihkan untuk memikirkan orang yang anak mereka direnggut dalam usia semuda itu, ketika mereka menghadapi demikian banyak kehidupan di hadapan mereka," kata Cameron.
Meskipun dikabarkan terdapat pembatasan terhadap komentar resmi, surat kabar, televisi, dan radio terus menyiarkan liputan secara langsung tanpa henti setelah seorang lelaki bersenjata telah menewaskan 20 murid dan enam orang dewasa.
"Panik! Teriakan! Operasi Massal! Aksi Pembunuhan di Sekolah AS!" demikian judul berita utama di harian laris Jerman, Bild.
Jerman, Prancis, Inggris dan negara lain Eropa pernah mengalami peristiwa penembakan serupa --di Norwegia, baru tahun lalu seorang pria membantai 77 orang-- tetapi pers di Eropa segera menuding tingkat lebih tinggi warga sipil Amerika yang memiliki senjata sebagai faktor seringnya penembakan di sana.
"Jika bukan sekarang, kapan waktunya untuk berbicara mengenai pengendalian senjata?" tulis harian Inggris, The Guardian, dalam judulnya.