Senin 17 Dec 2012 05:57 WIB

Dua Perwira Libya Tewas Ditembak di Bekas Pertahanan Qaddafi

 Warga Libya mengacungkan tanda
Foto: Francois Mori/AP
Warga Libya mengacungkan tanda "victory" sambil memegang tasbih di Benghazi,Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Sejumlah orang bersenjata menembak mati dua perwira Angkatan Darat Libya, Minggu, di sebuah kota yang pernah menjadi salah satu pertahanan terakhir pasukan Muamar Gaddafi sebelum penggulingan dan pembunuhannya tahun lalu, kata militer.

Kapten Mohamed al-Zarruk dan Kapten Ahmed al-Haj Mohamed tewas ketika pasukan bantuan dikerahkan ke kota oasis Bani Walid, 170 kilometer sebelah tenggara Tripoli, setelah pasukan kementerian dalam negeri diperangkap oleh kelompok orang bersenjata, kata militer.

"Anggota-anggota komisi keamanan tinggi (kementerian dalam negeri) sedang mencari seorang pria yang dituduh melakukan pembunuhan ketika orang-orang bersenjata mengepung mereka," kata panglima militer Bani Walid Jendral Hussein Khalifa kepada AFP.

"Satuan-satuan angkatan darat dikerahkan untuk menyelamatkan mereka, namun mereka diserang tembakan dan dua perwira tewas," tambahnya.

Upacara diadakan di bandara militer di Tripoli untuk menghormati kedua perwira itu dan dihadiri oleh kepala staf angkatan bersenjata Jendral Yussef al-Mangush serta keluarga korban.

Bani Walid adalah lokasi bentrokan berulang kali antara pasukan pemerintah dan penduduk, yang banyak diantaranya mengeluhkan penggulingan Gaddafi yang menghamburkan sumber-sumber daya di daerah itu selama empat dasawarsa kekuasaannya.

Pada Oktober, sejumlah eks-kelompok pemberontak menyerbu kota itu atas perintah kementerian pertahanan untuk menyingkirkan para loyalis Gaddafi.

Bentrokan-bentrokan yang terjadi setelah itu menewaskan dan mencederai puluhan orang sebelum pihak berwenang menguasai kota tersebut.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Gaddafi.

Libya era Gaddafi digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret 2011.

Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya pada saat itu.

Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret 2011 juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Gaddafi.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Gaddafi, yang membuat marah Barat.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada Kamis (20/10).

Keresahan internasional meningkat berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Gaddafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada 20 Oktober.

Sejumlah pihak, termasuk Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay, menyerukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran seputar kematian orang kuat Libya itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement