REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Perdana Menteri Suriah Wael al-Halqi, Senin (17/12), mengunjungi Kota Aleppo, di Suriah utara bersama pejabat senior lain.
Ini adalah kunjungan pertama yang dilakukan pejabat Suriah ke kota yang dilanda konflik tersebut sejak kerusuhan melanda beberapa bulan lalu.
Kunjungan itu tampaknya ditujukan untuk memperlihatkan pemerintah masih menguasai kota tersebut kendati terjadi pertempuran sengit di sana antara gerilyawan bersenjata dan personel militer pemerintah.
Selama kunjungan ke Aleppo, al-Halqi menekankan pemerintah menaruh perhatian mengenai situasi yang terjadi di kota tersebut. Ia menambahkan pemerintah menyadari kesulitan yang dihadapi rakyat di sana akibat kelompok bersenjata.
Al-Halqi juga menyatakan kelompok oposisi menyerang semua komponen kehidupan, pembanguan dan ekonomi dan mempengaruhi semua lembaga dan layanan dalam negeri --termasuk air, listrik, komunikasi dan kegiatan pembangunan.
Dengan kehadiran banyak tokoh ekonomi dan sosial di Aleppo, PM itu menambahkan gas dan minyak tak bisa dikirim ke Aleppo sebab kelompok bersenjata menyerang jalan menuju kota tersebut.
Ia menyoroti upaya yang dilancarkan pemerintah guna menyediakan kebutuhan dasar sesegera mungkin buat provinsi itu.
Menurut dia, pemerintah telah mengalokasikan 200 juta pound Suriah untuk membeli barang bantuan, 100 juta pound untuk menyediakan layanan dan kebutuhan dasar, dan sebanyak 140 juta pound lagi buat disumbangkan pada anggaran independen Aleppo dalam waktu 15 hari.
Selain itu, pemerintah telah menyediakan 400 juta pound untuk membeli bahan bantuan pada semester pertama tahun depan, dan enam miliar pound guna menyediakan pasokan bantuan.
Ia menuduh kelompok bersenjata telah menyabot sejumlah pabrik di pinggiran Aleppo, dan menambahkan pemerintah sedang melancarkan upaya sungguh-sungguh guna mengirim banyak roti melalui udara.
Kunjungan perdana menteri itu juga diimbangi oleh kembalinya listrik ke Aleppo setelah satu pekan listrik padam di kebanyakan daerah di sana.
Beberapa saksi mata memberitahu Xinhua situasi sangat tegang selama sembilan hari belakangan di Aleppo. Akibatnya, wilayah itu kekurangan roti, listrik dan air. Mereka mengatakan sebagian besar pabrik besar di sana telah rusak akibat konflik yang berkecamuk.
Aleppo, pusat ekonomi dan kota terbesar di Suriah, telah dilanda bentrokan sengit selama beberapa bulan belakangan, sementara kelompok gerilyawan bersenjata menyatakan mereka akan terus bertempur di Aleppo guna menguasainya agar mereka bisa mengumumkan ibu kota de fakto mereka di sana.