Selasa 18 Dec 2012 11:59 WIB

Palestina Kutuk Israel Bangun 1.500 Rumah di Jerusalem Timur

  Warga Palestina merayakan pengakuan negara Palestina oleh PBB di Ramallah,Ahad (2/12). (AP/Majdi Mohammed)
Warga Palestina merayakan pengakuan negara Palestina oleh PBB di Ramallah,Ahad (2/12). (AP/Majdi Mohammed)

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) mengutuk keputusan pemerintah Israel untuk membangun 1.500 rumah di permukiman Yahudi di Jerusalem Timur.

Juru Bicara PNA,Nabil Abu Rdeinah, melalui pernyataannya bilang perluasan permukiman dan pembangunan rumah lagi akan membuat Israel menghadapi "pengucilan total internasional".

"Keputusan ini adalah tantangan nyata Israel terhadap masyarakat internasional dan mengabaikan perasaan dan emosi rakyat Palestina dan bangsa Arab," kata Abu Rdeinah di Ramallah, Senin (17/12) waktu setempat.

Seluruh dunia, kata dia, menolak pendudukan militer atas wilayah Palestina ketika mengakui negara Palestina di wilayah yang diduduki Israel pada 1967.

Radio Israel sebelumnya juga melaporkan komite khusus Israel yang bertugas menyelesaikan proyek pembangunan di Jerusalem menyetujui pembangunan 1.500 rumah di permukiman Ramat Shlomo di Jerusalem Timur.

Sementara itu, Kepala Perunding Palestina Saed Erekat kepada Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa-- mengatakan rencana permukiman baru tersebut adalah pengumuman Israel yang ditujukan untuk merusak sisa proses perdamaian yang macet".

"Keputusan Israel untuk memperluas permukiman dan membangun rumah lagi buat pemukim Yahudi adalah jawaban negatif Israel terhadap upaya Arab dan internasional untuk memberi proses perdamaian kesempatan baru," kata Erekat.

Rencana baru Israel tersebut adalah yang ketiga sejak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meningkatkan stasiun perwakilan diplomatik Palestina menjadi negara pengamat nonanggota pada 29 November, ketika 138 negara memberi suara yang mendukung dan sembilan menentang.

"Perilaku pemerintah Israel menunjukkan Israel telah memilih permukiman dan bukan perdamaian dan telah berulangkali menyatakan siang dan malam Israel tak tertarik untuk menghidupkan lagi proses perdamaian," kata Erekat.

Menurut dia, Israel berusaha sekuat mungkin untuk merusak apa yang tersisa dari prinsip penyelesaian dua-negara. Termasuk kebijakan pembangunan permukiman yang memperlihatkan Tel Aviv mengirim pesan bahwa Israel ingin merusakan perdamaian.

 

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement