REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Roket Suyuz TMA-07M buatan Rusia meluncur dari pusat peluncuran Baikonur di padang rumput Kazakhstan hari Rabu siang.
Berada di dalam pesawat itu adalah kosmonot Roman Romanenko, astronot Tom Mashburn dan Insinyur penerbangan Badan Antariksa Canada Chris Hadfield yang akan memimpin stasiun antariksa itu.Pesawat mereka dijadwalkan untuk merapat ke stasiun antariksa itu hari Jumat (21/12).
Perjalanan itu merupakan yang ke 150 kalinya bagi pesawat antariksa Soyuz ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
Anatoly Rydakov, ketua gabungan untuk peluncuran Soyuz, melalui televisi pemerintah Rusia mengatakan meskipun suhu dibawah titik beku, kondisi-kondisi selama peluncuran diyatakan baik.
Rydakov mengatakan kompleks peluncuran itu bisa beroperasi pada suhu sampai 40 derajat Celsius sampai suhu serendah 40 derajat Celcius di bawah nol. Menurutnya suhu tersebut baik untuk peluncuran.
Para awak itu akan bergabung dengan tiga awak lain yang mengorbit di atas stasiun antariksa, termasuk astronot Amerika Kevin Ford dan kosmonot Rusia Oleg Novitsky dan Yevgeny Tarelkin, yang sudah mengelola pusat riset bernilai $100 miliar sejak bulan Oktober. Para awak baru itu selama lima bulan mendatang akan berada di stasiun antariksa itu untuk melakukan berbagai aktivitas di antariksa dan eksperimen di laboratorium yang mengorbit bumi itu.
Peluncuran sukses hari Rabu (19/12) merupakan nilai plus bagi program antariksa Rusia yang baru-baru ini mengalami sejumlah kesalahan teknis.
Tahun lalu, pesawat riset Phobos-Grunt bermaksud mengumpulkan tanah dari mars dan kembali ke bumi, diluncurkan dari pusat peluncuran Baikonur tapi gagal ke luar orbit. Dalam insiden lainnya, sebuah pesawat kargo yang dikirim ke stasiun antariksa untuk membawa perlengkapan gagal keluar orbit Bumi dan jatuh di Siberia.
Banyak analis menyebut kegagalan-kegagalan ini sebagian karena pengurangan anggaran antariksa Rusia.
Rusia adalah satu-satunya negara yang membawa awak stasiun antariksa pulang pergi sejak NASA memensiunkan pesawat ulang-aliknya yang sudah tua. Akibatnya Amerika harus mengeluarkan dana sebesar 60 juta dolar AS untuk mengirim seorang astronot ke stasiun antariksa itu.