REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Starbucks Coffee Japan Ltd, afiliasi dari perusahaan toko kopi terbesar di dunia, mengurangi takaran kopinya di setiap cangkir sebanyak 9 milimeter. Hal itu untuk menghindari minuman tumpah dan membuat pelanggan bisa menambah lebih banyak susu.
Langkah itu berisiko menimbulkan kemarahan konsumen di negara tersebut. Ini karena harga secangkir kopi di Jepang mencapai 300 yen (3,6 dolar AS), dua kali lipat dari harga di Seattle, Amerika Serikat 1,7 dolar AS. Starbucks Jepang menaikkan harga secangkir kopi tiga kali sejak 2006, menyusul deflasi yang terjadi.
"Saya suka rasa Starbucks tapi agak mahal, " kata warga Jepang, Osamu Kawaguchi, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (20/12).
Kawaguchi mengatakan dia lebih suka membeli kopi lain dengan harga yang lebih murah. Dengan harga itu, dia bisa membeli dua cangkir kopi di outlet lain.
Starbucks Jepang menaikkan harga beberapa minuman pada 2011 karena tingginya harga bahan baku termasuk biji kopi. Perusahaan itu mencetak laba sebesar 3,2 miliar yen hingga 30 September 2012. Starbucks memiliki 965 toko di negara tersebut.