REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Utusan antigenosida untuk PBB mengingatkan pada Kamis (20/12) waktu setempat bahwa kelompok-kelompok minoritas di Suriah, termasuk suku Alawit. Suku itu adalah asal Presiden Bashar al-Assad.
Suku minoritas itu dalam risiko sebagai sasaran serangan balasan besar-besaran konflik dan kekerasan yang sudah berlangsung selama 21 bulan terakhir.
"Saya sangat khawatir seluruh komunitas harus membayar harga tindakan kriminal yang dilakukan oleh pemerintah Suriah," kata penasihat khusus PBB untuk pencegahan genosida, Adama Dieng, dalam sebuah pernyataan tertulis yang dilansir Reuters, Jumat (21/12).
Suku minoritas itu diasosiasikan dengan pemerintah dan sekutu milisi. Karena itulah, PBB menilai, suku-suku itu rawan terkena sasaran serangan.
Pihak oposisi mulai menyerang kota strategis Provinsi Hama, pada Kamis, dan mengepung setidaknya satu kota yang mayoritas penduduknya adalah Alawit, kata para aktivis.
Sumber dari kelompok oposisi mengatakan, mereka telah memenangkan beberapa wilayah di kota strategis bagian selatan Morek dan mereka sedang mengelilingi al-Tleisia, kota para Alawit. Operasi itu berisiko membakar ketegangan sektarian yang sudah terjadi sejak lama.
Suriah selama empat dekade dikuasai oleh keluarga Assad, di mana suku Alawit mendominasi kepemimpinan di atas mayoritas Sunni.
"Saya meminta semua pihak yang berkonflik untuk menghormati hukum kemanusiaan internasional dan hak asasi manusia, yang melarang penyerangan terhadap individu atau kelompok berdasarkan identitas religius atau etnis dan juga penyerangan terhadap masyarakat sipil yang tidak terlibat," kata Dieng.
"Saya juga mendesak semua aktor untuk menahan diri dari pidato-pidato yang menyebarkan kebencian yang dapat memicu kekerasan pada sebuah komunitas berdasarkan afiliasi agama," kata dia.
Kelompok Suni berpendapat bahwa kelompoknya disingkirkan oleh minoritas Alawit, sebuah cabang aliran Islam Syiah yang mendominasi kekuasaan dan militer Suriah. Syiah dan Kristen juga merupakan minoritas di negara itu. Investigator hak asasi manusia PBB itu mengatakan di Jenewa pada Kamis bahwa konflik di Suriah semakin lama semakin bersifat sektarian.