Jumat 21 Dec 2012 14:16 WIB

Meski Berkonflik, Kotur Tetap Beritakan Pemilu Korsel

Korsel-Korut
Korsel-Korut

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Meski kedua negara ini berkonflik, namun tetap ketika Korea Selata (Korsel) melaksanakan pesta demokrasinya alias Pemilu Presiden, Korea Utara (Korut) tetap memberikan perhatian. Perhatian terlihat, ketika beberapa media di negeri komunis tersebut mempublikasikan ulasannya terkait pergantian kepemimpinan di Korsel.

Korea Utara memberitakan kemenangan Park Geun-Hye dalam pemilihan Presiden Korea Selatan, dengan tidak menyebutkan nama, dan tidak ada menjelaskan sejarah kemenangannya. Kantor berita resmi Korea (KCNA), yang sebelumnya khusus mencela Park dan partai konservatif yang berkuasa, memberitakan kemenangan Park dalam medianya, Kamis (20/12) malam.

"Kandidat terpilih dari Partai New Frontier (NFP) tersebut menang tipis dalam pemilihan presiden di Selatan," kata sebuah pemberitaan, yang bersumber kepada media asing dan kantor berita Korea Selatan. Tidak ada komentar atau editorial terpisah.

Reaksi Korea Utara sebenarnya lebih cepat daripada pemilihan presiden sebelumnya, yang pada saat itu memberitakan hasilnya setelah dua atau tiga hari. Dan kemenangan Presiden Lee Myung-Bak sebelumnya pada Desember bahkan tidak diberitakan sama sekali.

Kantor Berita Yonhap mengutip seorang analis, yang pergi jauh untuk memberikan pernyataan selang satu hari, hal ini adalah sebuah tanda bahwa Pyongyang mungkin berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan pemerintah baru Park. Park, putri mantan penguasa militer Park Chung-Hee, akan menjadi presiden Korea Selatan pertama, setelah menang dalam jajak pendapat, Rabu, melawan Moon Jae-In.

Korea Utara telah membuat preferensi pemilihan yang sangat jelas pada awal kampanye pemilu, menyerang Park, partainya dan memecah belah peninggalan ayahnya. Bahkan sebelum Park menang dalam nominasi presiden pada Agustus, KCNA telah mengecam pencalonannya, memperingatkan bahwa keturunan seorang diktator tidak dapat mengubah kekejaman yang terjadi.

Selama kampanyenya, Park menjauhkan diri dari kebijakan garis keras Presiden Lee terhadap Pyongyang dan berbicara tentang perlunya keterikatan yang lebih besar dengan Korea Utara.

Namun dalam pernyataan kebijakan pertamanya pascakemenangan, Kamis, Park menegaskan bahwa dia masih dia masih memandang Pyongyang sebagai ancaman serius dan akan menempatkan keamanan nasional Korsel sebelum ada program untuk membangun kepercayaan.

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement