REPUBLIKA.CO.ID,MOSKWA--Presiden Vladimir Putin mengatakan, ia tidak tertarik dengan nasib sekutunya Presiden Bashar al-Assad. Namun ia menegaskan, kesalahan yang terjadi di Libya tidak akan terulang lagi.
Konflik yang terjadi di Suriah, ujar Putin tidak semakin membaik. Ia mengaku cemas.Perubahan mendesak diperlukan di negara sekutunya itu, Kamis, (20/12).
Rezim Assad, kata Putin, harus memberikan perubahan signifikan kepada masyarakat. Pengerahan pasukan dan eskalasi militer dikatakan tidak akan memberikan solusi yang baik.
Namun Putin juga menilai, menuntut Assad untuk hengkang dari kursi kepresidenan juga tidak menjadi jawaban praktis.
Rusia khawatir, jika Assad mundur, maka akan timbul kelompok oposisi baru. Hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan Libya setelah tumbangnya rezim Muammar Khadafi.
Rusia, kata Putin, yakin konflik akan semakin tajam jika langkah penggulingan Assad dilakukan. Kejadian semacam itu sudah terjadi di Libya, Irak, maupun di Afganistan.
"Semua itu hanya menyisakan persoalan antar etnis dan suku. Saya bertanya. Anda ingin ingin kami terus mengulangi kesalahan-kesalahan di negara-negara lain,'' ujar Putin seperti dilansir Reuters.