REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang yang baru saja terpilih Shinzo Abe, mengirim utusan khusus ke Seoul untuk bertemu presiden baru Korea Selatan dalam upaya awal memperbaiki hubungan kedua negara.
Shinzo Abe mengirimkan seorang pejabat senior dari Partai Liberal Demokrat (LDP) untuk menyampaikan surat kepada Park Geun-Hye, hanya beberapa hari setelah pemilu nasional di negara mereka digelar.
Hubungan antara kedua negara tersebut berubah dingin awal tahun ini ketika perdebatan pulau yang disengketakan memanas tiba-tiba. Dengan cepat berubah menjadi konfrontasi untuk menyikapi sejarah bersama, dengan Seoul menuduh Tokyo karena tidak cukup merasa menyesal atas perilaku selama perang.
Menurut media, utusan tersebut Fukushiro Nukaga, seorang anggota senior dari Liga anggota parlemen Korsel-Jepang, yang memiliki hubungan dengan tokoh senior di Seoul.
Laporan awal menyebutkan Nukaga akan berangkat Jumat malam, tapi laporan selanjutnya menjelaskan bahwa kunjungan tersebut akan ditunda sampai setidaknya minggu depan. Abe terpilih menjadi perdana menteri, Rabu, setelah pemungutan suara parlemen.
Berita ini muncul di tengah harapan untuk sebuah awal baru di bawah pergantian kepemimpinan yang hampir bersamaan dan sebagai suksesnya Korea Utara dalam meluncurkan roket jarak jauh yang mengkhawatirkan stabilitas kawasan. Hal ini juga datang dari Cina dan Jepang yang terus memperebutkan diplomasi atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur.
Hubungan antara Jepang dan Korsel muncul ke permukaan awal tahun ini, dengan swap mata uang dan nyaris melakukan penandatanganan kesepakatan berbagi intelijen. Tapi kunjungan mendadak ke pulau Doko, yang Jepang mengklaim sebagai pulau Takeshima, oleh Presiden Lee Myung-Bak pada Agustus mengirimkan hal-hal di luar kontrol kekuasaannya.
Kemenangan besar parlemen Abe, Minggu, disambut dengan hati-hati di Korsel, saat surat kabar menunjuk komentar terakhir pada penerimaan peninjau Jepang atas seks lavery. Park berjanji, Kamis, untuk bekerja membangun kepercayaan di Laut Timur Asia, di samping jelas ditujukan untuk menekankan Jepang untuk stabilitas yang harus didasarkan pada persepsi sejarah yang benar.
Abe mungkin akan mengunjungi Korsel pada Februari jika dia diundang untuk upacara pelantikan Park, media massa Yomiuri Shimbun melaporkan. Direktur studi Asia di Universitas Georgetown Victor Cha mengatakan Park dan Abe memiliki pandangan yang sama mengenai banyak hal-hal strategis yang, tetapi masalah kenyamanan perempuan adalah sebuah batu sandungan.
"Saya pikir mereka dapat saling bergaul selama beberapa persoalan sejarah tidak mengangkat keburukan kepala-kepala mereka," kata Victor.
"Terus terang, skenario yang mengkhawatirkan saya adalah bahwa Abe akan mengatakan sesuatu yang provokatif, tapi hal itu dikatakan salah seorang dari masyarakatnya, yang mengatakan sesuatu yang meledak di internet yaitu pemerintahan Abe pada perempuan penghibur," kata dia.
"Park Geun-Hye bukan hanya presiden perempuan pertama, tetapi kepala perempuan pertama negara di seluruh Laut Asia Timur, yang akan sulit baginya," ujar Voctor.