Jumat 21 Dec 2012 16:33 WIB

Putin Cemaskan Nasib Warga Suriah Lho..

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati / Red: Citra Listya Rini
Vladimir Putin
Foto: Misha Japaridze/AP
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perhatian utama Rusia di Suriah adalah bukan soal Presiden Suriah Bashar al-Assad, tapi nasib negara tersebut.

Saat berbicara di konferensi pers tahunan di Moskow, Rusia Kamis (20/12) Putin menegaskan, pihaknya tidak khawatir tentang nasib rezim Assad dan memahami apa yang terjadi di sana.

"Kami khawatir tentang hal yang berbeda, apa selanjutnya? Kami hanya tidak ingin oposisi saat ini setelah menjadi pejabat, mulai memerangi orang-orang yang pemerintah saat ini, dan kami tidak ingin ini berlangsung selamanya, " ucap Putin seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat (21/12).

Dalam pidatonya, Putin membantah menopang Assad dan menekankan bahwa Rusia hanya berusaha untuk mencegah perang sipil yang terus-menerus. Ini terkait meningkatnya kekerasan di Suriah.

Putin mengatakan bahwa ajakan Rusia untuk dialog itu dimaksudkan untuk mencegah perang saudara yang tak berujung antara pemberontak bersenjata dan pasukan pemerintah yang masih menguasai sebagian besar ibukota Suriah di Damaskus. "Kami ingin menghindari disintegrasi Suriah," ujar Putin.

Kementerian luar negeri Rusia membantah adanya pergeseran resmi posisi Rusia terhadap Assad dan menegaskan bahwa Rusia masih mengakui rezim Assad.

Rusia tetap menjadi salah satu sekutu utama Suriah utama dan melindungi Assad dari sanksi PBB untuk Assad yang telah menggunakan senjata berat untuk melewan oposisi.

Sementara itu, duta anti genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Adama Dieng memperingatkan Kamis (20/12) bahwa kelompok minoritas di Suriah, termasuk sekte Alawite beresiko mendapat serangan balasan seiring konflik yang semakin meluas. Konflik yang terjadi juga sampai tingkat sektarian.

"Saya sangat prihatin bahwa seluruh masyarakat beresiko membayar harga untuk kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Suriah," kata penasihat khusus pencegahan genosida PBB  Dieng dalam sebuah pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement