REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI --- Pemerintah Uni Emirat Arab melarang warganya untuk berlibur ke Lebanon. Peringatan tersebut menyusul situasi yang tidak aman di negara tersebut.
Peperangan di Suriah juga menjadi alasan kuat peringatan bepergian kali ini.''Situasi yang sulit dan politik yang sensitif mandasari peringatan ini,'' bunyi pernyataan resmi seperti disiarkan kantor berita negara, WAM, Ahad (23/12). Pengumuman itu juga dilansir Ma'an News Agency, pada hari yang sama
Lebanon merupakan kawasan eksotis yang kerap ramai dikunjungi masyarakat di Teluk Arab. Ma'an mengatakan, ada pelonjakan turis asal negara-negara Arab di Lebanon saat tahun baru masehi.
Lebanon juga tenar dengan industri wisatanya yang terkenal. Namun ketegangan di bagian utara Lebanon membuat negara tersebut dalam status waspada.
Eskalasi militer di Suriah juga mulai merembet masuk ke wilayah negara tersebut. Masyarakat di perbatasan terbelah lantaran dua faksi yang saling terikat dalam perang saudara di Suriah.
Sebagian masyarakat di tempat kelahiran penyair Khalil Gibran itu terpecah menjadi dua kelompok. Sebagian masyarakat Sunni dari mereka mendukung kelompok pemberontak di Suriah. Sedangkan masyarakat Syiah mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad.
Beberapa waktu lalu, pertempuran hebat telah memprovokasi masyarakat di Tripoli, Lebanon. Terakhir 14 pria bersenjata tewas di perbatasan. Mereka yang tewas dikabarkan adalah pemuda Sunni dari Lebanon dan Palestina yang membantu pemberontak.
Pada Agustus lalu, Pemerintah di Abu Dhabi juga memaksa warga negaranya untuk mengevakuasi diri keluar dari Lebanon. Aksi penculikan warga negara asing oleh kelompok Syiah, Lebanon (Hizbullah) dikabarkan marak terjadi.